Selasa, Februari 10, 2015

Menafkahi Keluarga Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda; إِذَا أَنْفَقَ المُسْلِمُ نَفَقَةً عَلَى أَهْلِهِ، وَهُوَ يَحْتَسِبُهَا، كَانَتْ لَهُ صَدَقَةً “Jika seorang muslim memberikan nafkah pada keluarganya , yang ia tujukan sebagai amal kebajikan, maka nafkah tersebut akan menjadi sedekah baginya”. (Shohih Bukhori, no.5351 dan Shohih Muslim, no.1002) Dalam kitab Fathul Bari, Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan kata “sedekah” pada hadits diatas adalah “pahala”, maksudnya orang yang menafkahi keluarganya itu akan mendapatkan pahala, dan pahala itu akan didapatkan dengan syarat apabila nafkah itu diniatkan untuk mematuhi perintah Allah dan mendekatkan diri pada-Nya (niat ibadah) agar mendapatkan pahala. Imam At-Thobari menerangkan; “Menafkahi keluarga itu hukumnya wajib, dan orang yang memberikan nafkah akan diberikan pahala tergantung dari tujuan (niat) nya, dan tidak ada yang salah dengan mengistilahkan nafkah dengan kata “sedekah”, bahkan nafkah pada keluarga adalah sedekah yang lebih utama, dibandingkan sedekah sunat”. Syekh Al-Muhallab menjelaskan; “menafkahi keluarga itu hukumnya wajib, berdasarkan ijma’ (kesepakatan ulama’), sedangkan menafkahi keluarga disebut dengan sedekah, karena dikhawatirkan orang-orang akan mengira bahwa ketika mereka bekerja untuk menafkahi keluarganya, mereka tidak akan mendapatkan pahala, dan pada umumnya mereka tahu kalau orang yang bersedekah itu akan mendapatkan pahala, karena itulah dijelaskan, bahwa menafkahi keluarga itu juga mendapatkan pahala, dan agar supaya mereka baru bersedekah setelah kebutuhan keluarganya tercukupi, karena keluarga lebih didahulukan”. Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa pemahaman yang benar adalah bahwa orang yang menafkahi keluarganya itu juga mendapatkan pahala (apabila diniati ibadah) sebagaimana orang yang bersedekah juga mendapatkan pahala, bahkan pahala yang didapatkan lebih besar dari pahala sedekah sunat. Wallahu A'lam.   Referensi : 1. Fathul Bari Li Ibnu Hajar, Juz : 9  Hal : 498 2. Faidhul Qodir Syarah Jami’us Shoghir, Juz : 6  Hal : 289 

Tidak ada komentar: