Rabu, April 08, 2015

Buku Conservative Turn: Islam Indonesia dalam Ancaman Fundamentalisme. REPUBLIKA.CO.ID, Usai tumbangnya Orde Baru, disinyalir ada yang berubah dalam gerak Muslim Indonesia. Editor buku ini, Martin van Bruinessen, dalam Mukadimah maupun di Catatan Akhir-nya mengistilahkan pergerakan itu sebagai conservative turn alias pergeseran ke arah konservatif. Asumsinya, selama Orde Baru, wajah Islam Indonesia terkata ramah dan toleran. Tak tebersit mendirikan negara Islam. Hubungan Muslim-Kriatiani adem ayem. Penganut Syiah nyaman beribadah tanpa dijumpa gesekan dengan kelompok aliran lain. Namun, selepas Soeharto lengser, laku konservatif serasa menemukan momentum. Wajah Islam Indonesia tercoreng dengan aksi pemboman Bali I dan II, teror jelang Natal di beberapa gereja, menjamurnya 'Perda Syariah', inisiasi memasukkan Piagam Jakarta ke dalam konstitusi, gesekan Syiah-Sunni tiba-tiba menyeruakkan konflik. Buku Conservative Turn: Islam Indonesia dalam Ancaman Fundamentalis memerupakan kumpulan penelitian empat sarjana muslim Indonesia yang disimpulkan Martin, telah terjadi perubahan sikap beragama/keberagamaan dalam tubuh Muslim Indonesia menuju arah laku konservatif. Bermula dari gaya konservatif dalam memaknai (teks) agama yang dilakukan semata harfiah. Kemudian merambat pada menjalani praktik beragama secara rigid. Kajian pertama dilakukan Moch Nur Ichwan. Ia menyoroti dua fatwa kontroversial MUI pada 2005 terkait Ahmadiyah serta tentang sekularisme, pluralisme, dan liberalisme. Diakui atau tidak, fatwa tersebut justru memicu aksi kekerasan dan kegaduhan di akar rumput. MUI pasca-Soeharto mulai menjaga jarak dengan pemerintahan Gus Dur dan Megawati karena keduanya tidak menaruh simpati kepada lembaga tersebut (halaman 32). Pun, memperluas cakupan keanggotaannya dengan melibatkan orang-orang yang berpandangan serba islamis sembari menutup pintu keanggotaan dari kalangan Syiah, Ahmadiyah, dan penganut Islam liberal.   Sedangkan Ahmad Najib Burhani mensinyalir terjadi arus konservatif dalam tubuh Muhammadiyah. Indikatornya ketika pada Muktamar Muhammadiyah tahun 2005, tak satu pun dari kubu 'progresif' masuk dalam jajaran pimpinan. Kesannya seperti ada upaya bersih-bersih yang dilakukan kelompok 'konservatif'. Kubu 'progresif' pernah mendominasi di Muhammadiyah dengan menggelorakan perdebatan agama dengan penafsiran-penafsiran baru yang mengundang resistensi kelompok 'konservatif'. Pertautan politik lokal dan syariah terjadi di Sulawesi Selatan turut menghasilkan laku konservatif. Daerah yang pernah menjadi basis gerakan Darul Islam (NII) Kahar Muzakkar tersebut oleh eks penganut DI pasca lengsernya Soeharto --oleh penelitian Mujiburrahman--serta-merta membentuk Komite Persiapan Pelaksanaan Syariah Islam (KPPSI). Uniknya, tak sedikit anggota KPPSI justru terjun di panggung politik praktis dengan menjadi anggota DPRD; sikap paradoks ketika demokrasi sering dicap haram. Di Bulukumba, pada 2002 dan 2003, sang bupati rajin mengeluarkan sejumlah 'Perda Syariah'. Kebijakan itu diyakini bakal populer di tengah konstituennya. Dengan artian, pemunculan aturan tersebut boleh jadi hanya sebagai strategi politik pelanggengan kekuasaan. Sementara Muhammad Wildan menjadikan Solo sebagai setting penelitian. Di mana banyak gerakan Islam konservatif (baca: radikal) semakin eksis sejak tahun 1998. Hipotesis yang bisa diberikan atas fenomena tersebut ialah Muslim sinkretis (abangan) sebagai mayoritas memandang atau bahkan ikut serta dalam gerakan Islam Salafisme (konservatif) karena dipandang ajarannya lebih sederhana, ketat, dan jelas aturan-aturannya (hitam-putih). Meski begitu, gerakan-gerakan radikal masih menjadi kalangan minoritas.     Islam Indonesia sejak diperkenalkan Wali Sanga terkata berwajah moderat. Kerap menafsirkan dogma agama secara harfiah, namun tak jarang membuka pemahaman baru yang luwes menyesuaikan kondisi zaman dan tempat. Sayangnya, dalam buku ini Martin lebih asyik menamakan 'Islam moderat', sebagai mayoritas muslim Indonesia, dengan istilah 'Islam liberal-progresif'. Runtuhnya Orde Baru juga menjadi berkah bagi berkembangnya paham Islam liberal (kemunculan kelompok JIL, misalnya). Boleh jadi, pergerakan Islam konservatif yang semakin masif pasca-Soeharto justru disebabkan oleh pesatnya kajian Islam liberal sebagai reaksi perlawanan. Spirit dan kajian pembaruan agama sudah berjalan sejak era 70-an dengan dimotori Cak Nur, Gus Dur, dan Menteri Agama Munawir Syadzali--dengan mengirimkan jebolan IAIN belajar Islam ke negara-negara Barat. Namun, pemikiran dan terutama sikap mereka tetap bersandar penghormatan mendalam terhadap kalangan 'konservatif'. Hal inilah yang tidak diungkap Martin. Jadi, bila hendak objektif, Islam Indonesia yang moderat, tidak saja sedang berada dalam 'ancaman' kelompok konservatif/fundamental--seperti judul buku ini. Pun 'terusik' oleh pemikiran kalangan progresif-liberal; di mana 'petuah-petuahnya' tidak sedikit menimbulkan kegaduhan di akar rumput--yang sudah baku corak paham dan ritus keagamaannya. Satu hal mendasar luput dari buku ini adalah alpanya Martin dan empat peneliti tersebut memotret fenomena lain: minat Muslim Indonesia berhaji dan umrah semakin tinggi. Perkembangan perbankan syariah semakin prospektif. Lembaga zakat dan amal bermunculan seiring tingginya kesadaran untuk berbagi. Pun, meningkatnya kepedulian mengonsumsi produk-produk halal dan maraknya Muslimah berhijab. Dari fenomena ini, lantas siapa yang merasa terancam? Terkait peristilahan, dikotomi 'Islam konservatif', 'Islam moderat', dan 'Islam progresif/liberal' memang menyimpan kompleksitas pemaknaan dan perdebatan. Martin pun kesulitan memberikan batasan cakupan ketiga istilah tersebut. Terlepas itu, Ahmad Syafii Maarif lewat endorsment-nya menyatakan Islam Indonesia akan terus bergerak tanpa henti untuk menemukan format yang lebih ramah, terbuka, inklusif, moderat dan modern. Data buku: Judul: Conservative Turn: Islam Indonesia dalam Ancaman Fundamentalisme Editor: Martin van Bruinessen Penerbit: Mizan, Bandung Cetakan: Pertama, 2014 Tebal: 352 Halaman ISBN: 978-602-1210-02-4 Peresensi adalah Muhammad Itsbatun Najih, alumnus UIN Yogyakarta

Selasa, April 07, 2015

Pemanfaatan Lahan Perbatasan Dikembalikan Senin, 6 April 2015 WATES (KRJogja.com) - Lembaga DPRD Kulonprogo diminta ikut menyelesaikan permasalahan lahan di perbatasan Pedukuhan Pasir Mendit, Pasir Kadilangu dengan Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. Dalam surat yang ditujukan Ketua DPRD Kulonprogo, Pjs Kades Jangkaran Bambang Edi Darsono mengatakan, hingga saat ini lahan pertanian, Paku Alaman Ground (PAG) dan rawa yang notabene masuk wilayah Kabupaten Kulonprogo dimanfaatkan dan dikuasai warga Purworejo Jateng. Ada pun perkiraan luasan lahan yang digarap atau dimanfaatkan warga Purworejo tersebut meliputi tanah hak milik sekitar delapan hektar (ha), PAG 15 ha dan tanah rawa 11 ha. "Kami mohon Dewan menjembatani penyelesaian masalah lahan yang ada di perbatasan Kulonprogo dan Purworejo," harapnya. Ketua DPRD Kulonprogo Akhid Nuryati membenarkan pihaknya telah menerima surat pengaduan dari warga Desa Jangkaran perihal pemanfaatan lahan mereka oleh warga Purworejo. Dalam menindaklanjuti pengaduan pihaknya telah meminta Komisi I DPRD tinjau lapangan sekaligus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait. "Sebelum mengambil langkah kami harus mencermati dulu, apakah lahan dimaksud memang masuk wilayah Kulonprogo atau bukan, termasuk melihat tanda batas dan gambarnya di desa," kata Akhid Nuryati, di lobi Gedung Dewan setempat, Senin (6/4). Atas nama pemerintah desa dan warga Jangkaran, Bambang Edi Darsono mengimbau warga Purworejo yang selama ini memanfaatkan lahan di Pasirmendit dan Pasirkadilangu sebagai kawasan tambak udang hendaknya segera mengembalikannya. Apalagi selama ini pengusaha tambak udang tidak memberikan kontribusi apapun kepada warga di perbatasan Kulonprogo dan Purworejo. ementara itu Ketua Komisi II DPRD Kulonprogo Muhtarom Asrori mengatakan, karena lahan di perbatasan tersebut saat ini dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi tambak udang maka komisi yang dipimpinnya juga punya kewenangan ikut menyelesaikan permasalahan yang muncul. (Rul)

Rabu, Maret 18, 2015

perlunya hukuman mati untuk gembong narkoba

Perlunya Hukuman Mati Untuk Gembong Narkoba? Posted by: redaksi waktoe in HUKUM KRIMINAL, INSPIRASI, NEWS, YOGYAKARTA 14 March 2015 0 70 Views Waktoe.com-YOGYAKARTA, Hukuman mati terhadap pengedar ataupun gembong narkoba, sedang menjadi perbincangan publik belakangan ini. Tidak hanya itu, bahkan eksekusi hukuman mati tersebut berimplikasi secara negatif terhadap hubungan Indonesia dengan sejumlah negara, dimana ada warga negaranya menjadi terpidana mati seperti Australia, Brazil, dan Belanda. Seperti Belanda yang sempat menarik Duta Besarnya dari Indonesia, dan Brazil yang menolak keberadaan Duta Besar Indonesia, serta Australia yang tidak kalah dengan melakukan lobi politik dan diplomasi kepada Pemerintahan Jokowi, hingga barter tahanan. Sangat ‘edan’ kalau dilihat dari perkaranya, terlebih saat ini Indonesia dalam kondisi darurat narkoba, karena menurut data Badan Narkotika Nasional, jumlah orang yang meninggal dunia akibat penyalahgunaan narkoba mencapai 200 juta jiwa per tahun. Untuk itu Lembaga Kajian Resolusi Konflik mengadakan Kajian Hukuman Mati bagi Pengedar Narkoba Wujud Konsistensi Dalam Pemberantasan Narkoba, Sabtu (14/03) di Gedung Perwakilan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DIY. “Kajian ilmiyah ini kami mengundang para ahli agama dan orang yang berkompeten. Harapannya acara ini dapat menggalang pemikiran bersama tentang resolusi konflik, dan kita mendukung atas hukuman mati terhadap pengedar narkoba,” ujar Ketua Lembaga Kajian Resolusi Konflik Muqoffa Mahyuddin, disela-sela acara. Muqoffa juga menambahkan, umat Islam pasti memaafkan atas kesalahan pengedar narkoba, namun hukum harus tetap berjalan. Dia juga menyatakan bahwa Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sangat mendukung terhadap hukuman mati terhadap pengedar narkoba. Sementara Dosen Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Ahmad Radhi, yang menjadi pembicara dalam acara tersebut mengatakan bahwa sudah dijelaskan di dalam Al Quran boleh membunuh dengan alasan yang jelas, terlebih kepada pengedar narkoba yang dapat merusak Bangsa. “Hukuman mati bisa ditiadakan kalau bersifat pribadi, tidak melibatkan orang banyak. Tapi kalau narkoba bisa membuat dampak yang negatif untuk orang banyak,” jelasnya. Dia juga menegaskan bahwa narkoba telah merugikan negara, maka wajib hukuman matu kepada pengedar narkoba. “Menghabiskan biaya negara terbesar, untuk rehabilitasi narkoba menghabiskan Rp.6 Truliyun,” tandasnya. Sedangkan Dosen Luar Biasa Mata Kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Ahmad Asroni yang memandang hukuman mati tersebut sebagai sekelumit telaah filosofis etis mengatakan, praktik hukuman mati banyak menuai pro dan kontra. “Sebelum mendiskusikan hukuman matu bagi gembong narkoba, alangkah baiknya kita mengulas persoalan narkoba di Indonesia untuk mengetahui secara komprehensif peredaran dan bahaya laten narkoba di Indonesia,” katanya. Dia juga menambahkan, bahwa bisnis narkoba saat ini merupakan salah satu bisnis yang ‘menjanjikan’. “Mereka yang kontra akan mengatakan hukuman mati melanggar HAM, sedangkan yang pro menilai hukuman mati wajib dilakukan karena pengaruh narkoba sungguh berbahaya. Belum lagi peredaran narkoba di dalam LP, itu karena ada permainan didalam dengan bayaran yang sangat besar, hingga dia mau mempertaruhkan jabatannya,” tambahnya. Asroni menjelaskan BNN menyebutkan bahwa dari 100 persen transaksi narkoba di wilayah ASEAN, 40 persen berada di Indonesia, dari total transaksi sebesar Rp 110 Triliyun, Indonesia meraup Rp.48 Triliyun, serta Indonesia menjadi urutan teratas dalam peredaran narkoba. CH DEWI RATIH KPS | waktoe ch.dewiratih@gmail.com
Perlunya Hukuman Mati Untuk Gembong Narkoba? Posted by: redaksi waktoe in HUKUM KRIMINAL, INSPIRASI, NEWS, YOGYAKARTA 14 March 2015 0 70 Views Waktoe.com-YOGYAKARTA, Hukuman mati terhadap pengedar ataupun gembong narkoba, sedang menjadi perbincangan publik belakangan ini. Tidak hanya itu, bahkan eksekusi hukuman mati tersebut berimplikasi secara negatif terhadap hubungan Indonesia dengan sejumlah negara, dimana ada warga negaranya menjadi terpidana mati seperti Australia, Brazil, dan Belanda. Seperti Belanda yang sempat menarik Duta Besarnya dari Indonesia, dan Brazil yang menolak keberadaan Duta Besar Indonesia, serta Australia yang tidak kalah dengan melakukan lobi politik dan diplomasi kepada Pemerintahan Jokowi, hingga barter tahanan. Sangat ‘edan’ kalau dilihat dari perkaranya, terlebih saat ini Indonesia dalam kondisi darurat narkoba, karena menurut data Badan Narkotika Nasional, jumlah orang yang meninggal dunia akibat penyalahgunaan narkoba mencapai 200 juta jiwa per tahun. Untuk itu Lembaga Kajian Resolusi Konflik mengadakan Kajian Hukuman Mati bagi Pengedar Narkoba Wujud Konsistensi Dalam Pemberantasan Narkoba, Sabtu (14/03) di Gedung Perwakilan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DIY. “Kajian ilmiyah ini kami mengundang para ahli agama dan orang yang berkompeten. Harapannya acara ini dapat menggalang pemikiran bersama tentang resolusi konflik, dan kita mendukung atas hukuman mati terhadap pengedar narkoba,” ujar Ketua Lembaga Kajian Resolusi Konflik Muqoffa Mahyuddin, disela-sela acara. Muqoffa juga menambahkan, umat Islam pasti memaafkan atas kesalahan pengedar narkoba, namun hukum harus tetap berjalan. Dia juga menyatakan bahwa Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sangat mendukung terhadap hukuman mati terhadap pengedar narkoba. Sementara Dosen Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Ahmad Radhi, yang menjadi pembicara dalam acara tersebut mengatakan bahwa sudah dijelaskan di dalam Al Quran boleh membunuh dengan alasan yang jelas, terlebih kepada pengedar narkoba yang dapat merusak Bangsa. “Hukuman mati bisa ditiadakan kalau bersifat pribadi, tidak melibatkan orang banyak. Tapi kalau narkoba bisa membuat dampak yang negatif untuk orang banyak,” jelasnya. Dia juga menegaskan bahwa narkoba telah merugikan negara, maka wajib hukuman matu kepada pengedar narkoba. “Menghabiskan biaya negara terbesar, untuk rehabilitasi narkoba menghabiskan Rp.6 Truliyun,” tandasnya. Sedangkan Dosen Luar Biasa Mata Kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Ahmad Asroni yang memandang hukuman mati tersebut sebagai sekelumit telaah filosofis etis mengatakan, praktik hukuman mati banyak menuai pro dan kontra. “Sebelum mendiskusikan hukuman matu bagi gembong narkoba, alangkah baiknya kita mengulas persoalan narkoba di Indonesia untuk mengetahui secara komprehensif peredaran dan bahaya laten narkoba di Indonesia,” katanya. Dia juga menambahkan, bahwa bisnis narkoba saat ini merupakan salah satu bisnis yang ‘menjanjikan’. “Mereka yang kontra akan mengatakan hukuman mati melanggar HAM, sedangkan yang pro menilai hukuman mati wajib dilakukan karena pengaruh narkoba sungguh berbahaya. Belum lagi peredaran narkoba di dalam LP, itu karena ada permainan didalam dengan bayaran yang sangat besar, hingga dia mau mempertaruhkan jabatannya,” tambahnya. Asroni menjelaskan BNN menyebutkan bahwa dari 100 persen transaksi narkoba di wilayah ASEAN, 40 persen berada di Indonesia, dari total transaksi sebesar Rp 110 Triliyun, Indonesia meraup Rp.48 Triliyun, serta Indonesia menjadi urutan teratas dalam peredaran narkoba. CH DEWI RATIH KPS | waktoe ch.dewiratih@gmail.com
PWNU DIY Dukung Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkoba 14 Maret 2015 – oleh suarapemudajogja 0 YOGYAKARTA – Lembaga Kajian Resolusi Konflik bekerjasama dengan PWNU DIY mendesak hukuman mati bagi pengedar narkoba agar segera dilakukan. Hal tersebut dikatakan oleh Muqoffa mahyuddin, SAg, selaku ketua lembaga kajian resolusi konflik, saat berdiskusi tentang kajian hukuman mati bagi pengedar narkoba wujud konsistensi dalam pemberantasan narkota, Sabtu (14/3/2015) bertempat di aula PWNU DIY. “Secara umum warga PWNU DIY maupun PWNU pusat sangat mendukung langkah presiden dalam memberantas narkoba dengan cara memberikan hukuman mati bagi para pengedarnya,” tandas Muqoffa Mahyuddin. Muqoffa Mahyuddin mengatakan bahwa apapun yang diambil langkah presiden nantinya, kami warga PWNU sangat mendukung untuk segera melakukan hukuman mati tersebut. “Banyak generasi muda kita yang terjerumus oleh narkoba, untuk memberantasnya ya harus dengan melakukan hukuman mati bagi para pengedar narkoba tersebut,” pungkas salah satu warga PWNU DIY ini. Dalam diskusi ini juga menghadirkan para pembicara, diantaranya, Ahmad Radhi, selaku Dosen Fakultas Tarbiah UIN Suka Jogja, Ahmad Asroni, Peneliti Sosial/Ketua Tolerance Institut. YNR

Minggu, Februari 15, 2015

Assalamualaikum... Sore tweeps... Jangan lupa pagi ini nyimak #KajianHikam Bab IV ya... :) 1) Assalamualaikum tweeps... Mari kita lanjut #NgajiHikam ke BAB-4 ya... sekarang tanggal 25 robiulakhir 1436 hijriah 25 februari 2015 ...Tetap semangat ya tweeps... 2) “Istirahatkan jiwamu dari pengaturan. Karena apa yg tlh ditunaikan oleh Selainmu, tak perlu ditunaikan olehmu.” #NgajiHikam 3) Sebagian orang memandang hikmah keempat ini sebagai perlawanan bagi hikmah terdahulu (hikmah kedua): >> #NgajiHikam 4) >> yaitu “Kehendakmu utk tajrid tatkala Allah menempatkanmu pd status asbab, adalah syahwat yg tersembunyi.” #NgajiHikam 5) Sebab, hikmah kedua di atas jelas menyeru utk berbuat, berusaha, fungsikan sebab2 & perantara yg disediakan Allah. #NgajiHikam 6) Tapi pada hikmah 4 ini, Ibnu Atha’illah mewarning kita utk mengistirahkan hati & jiwa dari jerih payah usaha. #NgajiHikam 7) Ibnu Atha’illah menasihati agar tdk perlu bersusah diri dlm berusaha, sdg Allah tlh membuat ia beristirahat darinya. #NgajiHikam 8) Sebetulnya, tidak ada pertentangan pada dua hikmah di atas. Bahkan antara keduanya ada keserasian & keterpaduan. #NgajiHikam 9) Ada perbedaan mendasar antara berusaha melalui sebab2 & perantara, dan pengaturan dlm hati terkait sebab2 & perantara itu. #NgajiHikam 10) Berusaha melalui sebab2 adlh aktifitas badani; spt pergi ke pasar utk berdagang, pergi ke universitas utk belajar, dll. #NgajiHikam 11) Adapun “mengatur” adalah aktifitas pikiran dan ketetapan akal. #NgajiHikam 12) Artinya seseorang mereka-reka dlm hatinya, bahwa dgn usaha yang ia lakukan melalui segenap sebab dan perantara itu >> #NgajiHikam 13) >> ia akan menghasilkan laba dan kesuksesan. Rekaan-rekaan dari hasil akhir ini ia tanamkan di dalam hatinya. #NgajiHikam 14) Perhatikanlah, di sini Ibnu Atha’illah menggunakan ungkapan “arih nafsaka” (istirahatkan hatimu). #NgajiHikam 15) beliau tidak menggunakan ungkapan “arih jismaka” (istirahatkan tubuhmu), atau “ab‘id jismaka” (hindarkan tubuhm). #NgajiHikam 16) Jadi, “bekerja” muncul dr jasmani, dan ini diperintah. Adapun “mengatur” muncul dr hati & pikiran, dan itu yg dilarang. #NgajiHikam 17) Maka, hikmah ini telah mengajarkan hal prinsip yg sangat kita butuhkan dlm mengarungi kehidupan ini. #NgajiHikam 18) Misal, kita berangkat ke pasar, lalu bekerja spt halnya org lain. Kita fungsikan segenap sebab, perantara, & peluang. #NgajiHikam 19) Lalu jika datang seseorang bertanya kepadanya: “Apa yang ada di balik semangat Anda dalam bekerja ini?” #NgajiHikam 20) Maka ia menjawab: “adalah kewajiban yg diembankan oleh Allah pdku. Aku memenuhi kewajiban itu sbgmn mestinya. >> #NgajiHikam 21) >> “Lalu mengenai apa yg akan diperbuat Allah selepas tertunaikannya kewajiban itu, tentu itu kembali pada qadha’ Allah >> #NgajiHikam 22) Inilah konsep bekerja dan berkeyakinan Islami yang dituturkan Ibnu Atha’illah, yaitu >> #NgajiHikam 23) >> bekerja melalui sebab2 & perantara yg telah ada sesuai aturan syariat, setelah itu menyerahkan sepenuhnya kepada Allah. #NgajiHikam 24) Karena memang kita hanya diminta berusaha, sebab sebatas itulah kapasitas dan kemampuan kita. #NgajiHikam

Kamis, Februari 12, 2015

NGAJI HIKAM BAB 2 1) Assalamualaikum tweeps... inilah ‪#‎NgajiHikam‬ BAB-2. Selamat mengikuti tweeps. 2) Ibnu Athaillah brkata: “Kehendakmu utk tajrid tatkala Allah tempatkanmu pd status asbab, adalah syahwat yg tersembunyi.” #NgajiHikam >> 3) >> “Sedangkan kehendakmu pd asbab tatkala Allah menempatkanmu pd status tajrid, adalah kemerosotan dr cita2 yg tinggi” #NgajiHikam 4) Hikmah ini berkisar pd 2 poros; yg 1 disebut “tajrid”, yang 1 lagi disebut “asbab”. Apakah arti dari dua kalimat itu? #NgajiHikam 5) Kita selalu dihadapkan pada 2 keadaan ini, tajrid dan asbab. Maka penting bagi kita tuk mengilmui keduanya. #NgajiHikam 6) [1] seseorang mendapati dirinya tersandera oleh alam asbab (sebab-sebab dan perantara). #NgajiHikam 7) Kemana dia bergerak, dia tidak bisa menghindar dari sebab2 dan perantara. Inilah yg disebut keadaan “asbab”. #NgajiHikam 8) [2] Seseorang mendapati dirinya terjauhkan dari pengaruh asbab; ia tidak memiliki jalan menuju asbab, #NgajiHikam 9) Keadaan ini disebut keadaan “tajarrud” atau “tajrid” (terlepas dari sebab-sebab dan perantara). #NgajiHikam 10) Nah, tiap mukmin harus melihat status yg telah ditentukan Allah untuk dirinya, lalu dia beramal sesuai dengan status itu. #NgajiHikam 11) Ia tidak boleh terburu mengikuti kemauannya sendiri tatkala menerapkan tatanan asbab atau tajrid #NgajiHikam >> 12) >> dengan tanpa terlebih dahulu memperjelas keadaan & posisi yg telah ditentukan Allah utknya. #NgajiHikam 13) Jika yang terjadi sedemikian halnya, maka sesungguhnya ia sedang menuruti kemauannya sendiri #NgajiHikam >> 14) >> meskipun di permukaan tampaknya ia sedang menjalankan perintah Allah & melaksanakan hukum2-Nya. 15) Demikian arti hikmah BAB-2 ini. Namun mari kita uraikan hikmah ini melalui gambaran2 dari peristiwa2 yang kita alami. #NgajiHikam 16) Seseorang yg diberi wewenang oleh Allah menjadi kepala rumah tangga, dengan seorang istri & beberapa anak. #NgajiHikam 17) Dg demikian, dia telah diliputi sebab2 yg menariknya untuk mencari rezeki dan bekerja keras untuk memperoleh rezeki. #NgajiHikam 18) Bayangkan kalau org ini berusaha naik pada tingkatan kesalehan & ketakwaan, menuju tangga tauhid & tawakal #NgajiHikam >> 19) >> seraya berkata dalam hatinya: aku tidak perlu lagi ke pasar, tak perlu lagi bekerja keras untuk mendapatkan rezeki, #NgajiHikam >> 20) >> Karena aku yakin dg firman Allah: Maka mintalah rezki itu di sisi Allah. (QS al-‘Ankabut [29]: 17) #NgajiHikam 21) Aku akan melepaskan diri dari kesibukan duniawi, dari kesibukan di pasar, menuju ibadah kepada Allah. #NgajiHikam 22) Lalu org ini pun berhenti ke pasar, tak lagi bekerja dg dalih bahwa ia akan menenggelamkan diri dalam lautan tauhid. #NgajiHikam 23) Dia tak lagi berhubungan dg sebab2, krn ia telah memandang pada Dzat yg menciptakan sebab2 itu (Allah SWT)! #NgajiHikam 24) Maka org ini adalah contoh yg pas utk hikmah ke-2 Ibnu ‘Aṭa’illāh ini, dan ia harus diperingatkan dg hikmah itu. #NgajiHikam 25) Kita katakan kpdnya: “Kehendakmu utk tajrid tatkala Allah menempatkanmu pd status asbab, merupakan syahwat tersembunyi.” #NgajiHikam

Selasa, Februari 10, 2015

Menafkahi Keluarga Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda; إِذَا أَنْفَقَ المُسْلِمُ نَفَقَةً عَلَى أَهْلِهِ، وَهُوَ يَحْتَسِبُهَا، كَانَتْ لَهُ صَدَقَةً “Jika seorang muslim memberikan nafkah pada keluarganya , yang ia tujukan sebagai amal kebajikan, maka nafkah tersebut akan menjadi sedekah baginya”. (Shohih Bukhori, no.5351 dan Shohih Muslim, no.1002) Dalam kitab Fathul Bari, Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan kata “sedekah” pada hadits diatas adalah “pahala”, maksudnya orang yang menafkahi keluarganya itu akan mendapatkan pahala, dan pahala itu akan didapatkan dengan syarat apabila nafkah itu diniatkan untuk mematuhi perintah Allah dan mendekatkan diri pada-Nya (niat ibadah) agar mendapatkan pahala. Imam At-Thobari menerangkan; “Menafkahi keluarga itu hukumnya wajib, dan orang yang memberikan nafkah akan diberikan pahala tergantung dari tujuan (niat) nya, dan tidak ada yang salah dengan mengistilahkan nafkah dengan kata “sedekah”, bahkan nafkah pada keluarga adalah sedekah yang lebih utama, dibandingkan sedekah sunat”. Syekh Al-Muhallab menjelaskan; “menafkahi keluarga itu hukumnya wajib, berdasarkan ijma’ (kesepakatan ulama’), sedangkan menafkahi keluarga disebut dengan sedekah, karena dikhawatirkan orang-orang akan mengira bahwa ketika mereka bekerja untuk menafkahi keluarganya, mereka tidak akan mendapatkan pahala, dan pada umumnya mereka tahu kalau orang yang bersedekah itu akan mendapatkan pahala, karena itulah dijelaskan, bahwa menafkahi keluarga itu juga mendapatkan pahala, dan agar supaya mereka baru bersedekah setelah kebutuhan keluarganya tercukupi, karena keluarga lebih didahulukan”. Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa pemahaman yang benar adalah bahwa orang yang menafkahi keluarganya itu juga mendapatkan pahala (apabila diniati ibadah) sebagaimana orang yang bersedekah juga mendapatkan pahala, bahkan pahala yang didapatkan lebih besar dari pahala sedekah sunat. Wallahu A'lam.   Referensi : 1. Fathul Bari Li Ibnu Hajar, Juz : 9  Hal : 498 2. Faidhul Qodir Syarah Jami’us Shoghir, Juz : 6  Hal : 289 
Sedikit Makan dan Tidur Menahan diri dari banyak bersenang senang, terutama makan dan tidur, adalah salah satu syarat penting seorang yang sedang berjuang untuk mendapatkan ilmu. Bagaimana mungkin seorang yang hidupnya selalu bersantai santai, rakus terhadap berbagai makanan, dan suka tidur, akan bisa mendapatkan ilmu yang banyak? Itulah sebabnya Sahnun mengatakan, “Ilmu itu tidak patut dimiliki orang yang biasa makan sampai kenyang.” Luqman al-Hakim, seorang bijak yang namanya terabadikan dalam Al-Quran, menyampaikan hikmah penting kepada anaknya, “Wahai anakku, jika perut telah penuh, niscaya pikiran akan tidur, hikmah akan tuli, dan anggota anggota badan akan lumpuh dari ibadah.” Itulah sebabnya, sejak dulu para ulama terkemuka disaat saat  berburu ilmu senantiasa menjaga dirinya dari banyak makan. Diantaranya, sebagaimana yang dikemukakan Imam Syafi’i, “Aku tidak pernah kenyang sejak berusia 16 tahun, karena kenyang itu memberatkan badan, mengeraskan hati, menghilangkan kecerdasan, mendatangkan tidur, dan melemahkan dari ibadah.” Demikian dikutip dari kitab Hilyah al-Auliya. Berkaitan dengan itu, penting kita perhatikan pesan Sayyidina Umar bin Khoththob berikut ini, “Jauhilah oleh kalian sifat rakus dalam makanan dan minuman, karena itu membawa kerusakan bagi tubuh, menyebabkan kegagalan, dan membuat malas dari melakukan sholat. Hendaklah kalian sederhana di dalam keduanya (makanan dan minuman), karena itu yang lebih baik bagi tubuh dan lebih menjauhkan dari pemborosan. Dan sesungguhnya Allah benci kepada seorang alim yang gemuk.” Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam ath-Thib an-Nabawi yang dikutip dalam kitab Kasyf al-Khafa.” Wallahu A'lam. 
pemeliharaanmu. Dan pengagungan (penghormatan) kepada kedua orangtua merupakan kelaziman dari pengagungan kepada Allah, oleh karena itu Allah menggandengkan perintah untuk berbuat baik kepada kedua orangtua dengan pengESAan Allah dan beribadah kepadaNya, maka barangsiapa yang tidak memanfaatkan (kesempatan ini) untuk berbuat baik kepada mereka berdua, terlebih lagi jika mereka berdua telah jompo, maka dia sangat layak dan pantas untuk dihinakan dan direndahkan. وَوَصَّيْنَا الْأِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.  (QS. Lukman 31:14) وَوَصَّيْنَا الْأِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَاناً حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهاً وَوَضَعَتْهُ كُرْهاً وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلاثُونَ شَهْراً Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (QS. Al Ahqoof 46:15) Ibumu (yang selama sembilan bulan) mengandungmu dalam keadaan lemah, dan semakin bertambah kelemahannya, dengan kesakitan yang selalu dialaminya, semakin engkau tumbuh maka semakin terasa berat yang dirasakannya dan semakin lemah tubuhnya. Kemudian tatkala akan melahirkanmu ia mempertaruhkan nyawanya dengan sakit yang luar biasa, ia melihat kematian dihadapannya namun ia tetap tegar demi engkau.  Maka di wajibkan kepadamu { وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً } Berbuat baiklah pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya  “Berbuat ihsan (kebaikan) kepada kedua orangtua bisa dengan perkataan, bisa dengan perbuatan, dan bisa dengan harta. Dengan perkataan misalnya ia berkata kepada mereka dengan perkataan mulia yang penuh lemah lembut…dengan perbuatan misalnya dengan membantu mereka dan mengerjakan perkara-perkara yang berkaitan dengan kemaslahatan mereka.  Membantu dengan fisik seperti jika mereka berdua lemah maka ia membantu (membopong) mereka bahkan tatkala mereka hendak tidur atau hendak berdiri dan tatkala hendak duduk…dan dengan harta yaitu wajib bagi sang anak untuk berbuat baik kepada orangtua dengan mengorbankan hartanya yaitu dengan memberi mereka nafkah untuk seluruh yang mereka butuhkan, seperti pakaian, makanan, minuman, tempat tinggal jika ia mampu untuk melakukannya Tatkala engkau lahir dan berada di sisinya maka hilanglah semua rasa sakit itu, ia memandangmu dengan penuh kasih sayang, ia meletakkan segala harapannya kepadamu. Kemudian ia bersegera sibuk mengurusmu siang dan malam dengan sebaik-baiknya dipangkuannya, makananmu adalah susunya, rumahmu adalah pangkuannya, kendaraanmu adalah kedua tangannya.  Ia rela untuk lapar demi mengenyangkanmu, ia rela untuk tidak tidur demi menidurkanmu, ia mendahulukan kesenanganmu di atas kesenangannya. Ia sangat sayang kepadamu, sangat mengasihimu.
TEMON (KRjogja.com) - Konflik sosial yang terjadi di wilayah pesisir selatan Kulonprogo dewasa ini menyusul adanya rencana pembangunan mega proyek bandara dan penambangan pasir besi mengundang keprihatinan Lembaga Kajian Resolusi Konflik. Perbedaan pendapat terhadap rencana pembangunan wilayah tersebut telah mengganggu kerukunan hidup masyarakat sehingga muncul kelompok pro dan kontra yang berakibat diterapkannya sanksi sosial. "Kami sangat prihatin atas kondisi yang terjadi saat ini. Hanya karena berbeda pandangan timbul konflik sosial serius di masyarakat," kata Ketua Lembaga Kajian Resolusi Konflik, Muqoffa Mahyuddin, SAg MHum usai Mujahadah Perdamaian dan Kebersamaan Dalam Islam, Masyarakat Pesisir Kulonprogo di Masjid Ainul Jariyah Pedukuhan Ngelak Desa Jangkaran Kecamatan Temon, Minggu (1/2/2015). Mujahadahan dihadiri warga pesisir selatan Kecamatan Temon yang terkena pembangunan bandara, baik kelompok yang pro maupun kontra. Ketua Wahana Tri Tunggal (WTT) Martono bersama sejumlah pengurus paguyuban yang selama ini menolak bandara nampak hadir dan berbaur dengan jamaah lain. Mujahadahan, tahlil dan doa dipimpin KH Drs Muttaqim Mujid. Menurut Muqoffa, dari hasil survey, konflik sosial ternyata telah menyatu dalam diri masyarakat. Hal tersebut tercermin dengan adanya warga yang tidak mau menghadiri hajatan pernikahan ataupun takziyah antaranggota kelompok. Pihaknya khawatir kondisi tersebut akan diwariskan kepada anak cucu hingga waktu yang sangat lama. Muqoffa berharap, mujahadah bisa menginspirasi semua kelompok untuk mengakhiri konflik sosial. Pendekatan agama seperti mujahadah diharapkan bisa jadi media penyembuh hati sehingga masyarakat kembali hidup rukun. "Minimal dengan berdoa dan makan bersama bisa jadi langkah awal warga untuk kembali ke kehidupan lama yang lebih tentram," jelasnya. Dalam upaya mengembalikan kerukunan hidup masyarakat di wilayah pesisir selatan Temon,  Lembaga Kajian Resolusi Konflik akan menggandeng para tokoh agama untuk terus mengkaji penyebab-penyebab sekaligus mencari solusi agar persoalan-persoalan yang timbul segera bisa berakhir. "Mereka (tokoh agama-Red.) akan kami ajak untuk aktif menggelar pengajian sekaligus memberikan pencerahan. Mudah-mudahan ke depan mujahadah dan pengajian bisa dilaksanakan di masjid-masjid lain di Temon," harapnya. Tokoh Desa Jangkaran, M Sururudin mengapresiasi Lembaga Kajian Resolusi Konflik yang telah memprakarsai upaya penyatuan umat di wilayah pesisir selatan Kulonprogo. Pihaknya yakin acara tersebut bisa menyadarkan masyarakat dan tidak terjebak dalam kepentingan pragmatis. Mujadahan dan kajian bisa jadi pintu gerbang bagi rekonstruksi kemanusiaan. "Menurut kami acara seperti ini cukup penting, karena itu kami berharap ke depan kegiatan-kegiatan serupa bisa berlanjut, sehingga jalinan tali silaturrahmi warga menjadi harmonis kembali," jelasnya. Martono sepakat dengan pernyataan Muqoffa. Bahkan dirinya juga berharap kegiatan keagamaan tersebut bisa dilaksanakan rutin sebagai upaya mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hanya saja untuk diwilayah Desa Glagah dan sekitarnya, pihak penyelenggara perlu berkoordinasi secara intensif. "Karena di sana tidak semudah membalikkan telapak tangan, perlu proses," terangnya. (Rul)
Resolusi Konflik Syria Ada yang bertanya kepada saya, Perang Syria ini perang politik atau perang antarmazhab? Kalau menggunakan teori Resolusi Konflik, dalam menganalisis konflik, kita perlu melihat petanya secara luas. Bayangkan kalau Anda mau meneliti konflik di Sampang, Madura (rumah-rumah penduduk di sebuah desa dibakar massa dan hartanya dijarah). Anda bisa membuka peta dan hanya memusatkan mata Anda pada wilayah Sampang (dan semata-mata melihat: ini gara-gara adanya aliran ‘sesat’ di desa itu), tapi bisa juga Anda memperlebar fokus. Anda bisa pandang peta Indonesia dan dunia secara keseluruhan, termasuk laut di Madura yang kaya minyak, Anda juga perhatikan wilayah Arab Saudi, Qatar, Israel, Amerika Serikat. Jadi, kalau Anda mau melihat konflik Syria hanya pada fakta bahwa Assad itu dari sekte Alawi (yang konon katanya kafir dan zalim), dan karena itu harus digulingkan demi menegakkan agama Allah, itu artinya Anda hanya fokus pada satu titik kecil di peta dan melupakan wilayah-wilayah lain di peta yang sebenarnya mungkin lebih berpengaruh. Minimalnya ada empat faktor yang terlibat dalam sebuah konflik, yaitu triggers (pemicu), pivotal (akar), mobilizing (peran pemimpin), dan aggravating (faktor yang memperburuk situasi konflik). Keempat faktor ini umumnya berjalin berkelindan dalam sebuah konflik, sehingga sering menimbulkan kesalahan persepsi. Saya sendiri, lebih setuju pada analisis para pakar politik Timur Tengah yang menyebutkan bahwa faktor mazhab hanya triggering, pemicu. Yang namanya pemicu, ibarat pistol, nggak akan meletus kalau tidak ada yang menarik pelatuknya. Berusaha menyelesaikan konflik di pertanyaan siapa yang narik pelatuknya (misalnya, siapa yang salah: Assad yg zalim, atau kelompok yang memberontak sehingga pemerintah mau tak mau harus melawan? Atau; apa benar Alawi itu kafir? Kalau kafir apa wajib diperangi, dst, yang akan melibatkan perdebatan teologis yang tidak ada ujungnya) tidak akan menyelesaikan masalah (istilahnya: konflik tidak bisa teresolusi). Jadi, dalam menganalisisnya, musti dicari akar konflik yang sebenarnya. Untuk mendapatkannya, fokus dalam menatap konflik ini harus diperluas. Lihat lagi, siapa yang meng-aggravating konflik (saya belum nemu istilah Indonesia yang pas untuk ini, ada yang tau?), siapa tokoh-tokoh yang terlibat dalam konflik (perhatikan betapa Hollande dari Paris, Obama dari Washington, Cameron dari London, Erdogan dari Ankara, atau tokoh Zionis Bernard Levy sedemikian bernafsu menggulingkan Assad, dan bahkan memberi suplai bantuan dana dan senjata kepada pemberontak. Mengapa?), siapa negara-negara yang selama ini jadi ‘teman’ Assad, siapa yang memusuhi, dan siapa yang mendapatkan keuntungan terbesar bila Assad tumbang? Mengapa Arab Saudi, Libya, dan Qatar mau menyuplai senjata, pasukan, dan dana kepada oposisi? Dst. Intinya, buat kita bangsa Indonesia, kita musti belajar dari kasus ini. Bayangkan ngerinya bila suatu saat ada kelompok yang mengobarkan isu ini-itu untuk membangkitkan permusuhan atau bahkan perang saudara di Indonesia. Kalau kita cerdas dan mampu melihat peta konflik dengan jernih, insya Allah Indonesia tidak akan terbakar dalam perang saudara. Amin.
KAJIAN PENYELESAIAN KONFLIK ANTAR DESA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI KABUPATEN SIGI, SULAWESI TENGAH Ilyas Ilyas Abstract Konflik antar desa di Kabupaten Sigi adalah sebuah fenomena konflik dengan nuansa yangunik, karena melibatkan masyarakat dari kelompok etnis dan agama yang sama, Kaili danIslam bahkan tidak jarang memiliki ikatan kekerabatan yang relatif dekat. Perbedaan yangmenonjol hanya wilayah administrasi dan batas wilayah suatu desa. Penelitian ini bertujuanuntuk menemukan akar konflik antar desa yang selama ini terjadi dan mengidentifikasikearifan lokal di Kabupaten Sigi yang dapat dijadikan sebagai media resolusi konflik sertaupaya membangun harmoni sosial masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalahkualitatif melalui wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa konflik antardesa kebanyakan dipicu oleh persoalan sepele yang bersifatpersonal lalu berubah menjadi lebih komunal dengan menonjolkan identitas pembedaberdasarkan batas wilayah sehingga berubah menjadi konflik antardesa. Model penyelesaiankonflik antardesa dan antar kampung yang telah dikembangkan adalah dengan menggunakanpendekatan adat, di mana proses kesepakatan damai diikuti dengan penetapan sanksi adatyang akan diterapkan kepada pihak-pihak yang melanggar kesepakatan.Keyword: Model, Resolusi Konflik, Konflik Antar Desa, Kearifan Lokal, Harmoni Sosial Full Text: PDF
Hubungan Internasional : Awal Mula Kajian Konflik dan Resolusi Konflik Studi konflik mengemuka dalam dekade terakhir ini, terutama bersamaan dengan makin maraknya konflik horizontal antar ras, etnis, dan agama di wilayah suatu negara. Sangat ironis bahwa ketika konflik ideologi yang mewarnai era perang dingin telah mulai mereda, konflik-konflik ideologi yang mewarnai era perang dingin telah mulai mereda, konflik-konflik internal di dalam batas wilayah suatu masalah dalam bentuk gerakan separatis, insurgensi dan kerusuhan massal ternyata menelan korban manusia yang makin besar. Di Rwanda, Pada tahun 1994 dalam kurun waktu hanya 3 bulan sekitar 800 ribu sampai 1 juta manusia terbunuh-sebagian besar dari mereka kelompok minoritas Tutsi-dalam peristiwa genosida terbesar setelah Holocaust pada masa pemerintahan Nazi Jerman. Banyak diantara korban yang mati adalah kaum perempuan dan anak-anak. Beberapa waktu sebelumnya, pembersihan etnis juga dilakukan oleh kaum Chauvinis Serbia terhadap kaum minoritas Bosnia di negara pecahan Yugoslavia. Peristiwa serupa terjadi pada skala yang lebih kecil di berbagai belahan dunia. tergerak oleh peningkatan tragedi kemanusiaan buatan manusia ( Man-made HUmanitarian Dissaster ), berbagai pihak ( pakar politik,ahli sosiologi, dan para pembuat keputusan di badan lokal maupun internasional) mulai memikirkan metode dan mekanisme resolusi konflik mantan pemimpin politik seperti Jimmy Carter ( Mantan Presiden AS ), Eduard Shevardnadze ( Mantan Menlu Soviet ), Marti Ahtisaari (Mantan Presiden Finlandi ), Olaf Palme ( Mantan PM Swedia ), dan Gareth Evans ( mantan Menlu Australia ) , misalnya, mempelopori gerakan studi resolusi konflik dengan mendirikan organisasi non-pemerintah internasional yang berspesialisasi pada studi konflk berikut upaya resolusinya. Selain menyebarkan ide perdamaian, organisasi - organisasi tersebut berpretensi untuk melakukan 3 macam mekanisme resolusi konflik yang meliputi Peace Keeping, Peace Making and Peace Building. Di Aceh misalnya, sebuah organisasi non pemerintah, Crisis Management International ( CMI ), telah berperan sebaia " Third Party Mediator " Dalam perundingan yang menghasilkan sebuah solusi demokratis terhadap konflik separatis yang telah berlangsung puluhan tahun. Sumber : Sugeng Hadiwinata, Bob Transformasi isu dan aktor didalam studi hubungan internasional : dari realisme hingg konstruktivisme. Transformasi dalam studi Hubungan Internasional : Aktor, isu dan Metodologi. Graha ilmu, 2007
Makna Beberapa Gelar Bagi Pakar Syariah Mengenai gelar Al-Musnid, Al-Hafidh dll, hal itu bukan pada madzhab syafi’i saja, namun ia adalah gelar bagi pakar syariah, sebagaimana Doktor, Prof, Drs, SH, dll, maka dalam Islam adalah Al-Imam, Al-Hujjah, Al-Hafidh, Al-Musnid, Al-Mufatssir, Al-'Allamah, dll, adapula bagi para sholihin misalnya : Azzahid (orang yang dikenal sangat Zuhud), Al-'Arif billah, dan banyak lagi. Al-Hafidh adalah ahli hadits yang sudah hafal 100 ribu hadits dengan sanad dan hukum matannya. Al-Hujjah adalah ahli hadits yang sudah hafal 300.000 hadits dengan sanad dan matannya. Al-Hakim adalah yang lebih dari itu dan menguasai kedalaman ilmu hadits. Al-Musnid adalah orang yang banyak menyimpan sanad hadits dari diri beliau hingga Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam, misalnya, dariku, dari guruku fulan, dari ayahnya, dari gurunya…., sampai pada Imam Bukhori misalnya, lalu diteruskan sampai Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam. Al-Musnid adalah yang memiliki sanad hadits seperti ini. Al-Imam adalah guru-guru dari para pakar hadits di zamannya, sebagaimana Imam berarti pemimpin, maka ia adalah pemuka/pemimpin ulama di masanya. Di atas itu adalah Hujjatul Islam, diantaranya Imam Ghozali, Imam Nawawi, Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, dan banyak lagi. Di atas itu adalah para Imam Muhadditsin, puluhan jumlahnya, mereka adalah para pengumpul hadits, dan dari puluhan itu terpilihlah 7 besar, yang dikenal dengan nama Imamussab’ah (Imam yang tujuh), yaitu Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Abu Dawud, Imam At-Tirmidzi, Imam An-Nasa'i, Imam Ibnu Majah, Imam Muslim dan Imam Bukhori. Tentunya, Imam Muhaddits puluhan jumlahnya, diantaranya Imam Daruquthni, Imam Hakim, Imam Baihaqi dll, namun derajat riwayat hadits mereka kalah kuat oleh Imam Tujuh, dikarenakan kejelian Imam Tujuh atas periwayat-periwayat hadits. Dari Imam Tujuh ini disaring lagi menjadi Enam Imam saja, dikenal dengan nama Kutubussittah, yaitu 7 imam di atas namun gugur Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Ahmad bin Hanbal adalah pada peringkat ketujuh, yang terendah dari 7 imam tersebut, padahal ia hafal 1 juta hadits dengan sanad dan hukum matannya, lalu kalau Imam yang hafal 1 juta hadits ini sudah diperingkat ketujuh, maka bagaimana kedahsyatan 6 imam di atasnya? Dan dari 6 Imam ini disaring lagi menjadi dua bagian, yaitu Kutubul Arba’ah, yaitu 4 Imam : Imam An-Nasa'i, Imam At-Tirmidzi, Imam Ibnu Majah, dan Imam Abu Dawud. Di atas 4 Imam ini adalah Dua Imam Besar yang digelari Syaikhain (dua Maha Guru) yaitu Imam Muslim dan Imam Bukhori, dan dua kitab riwayat hadits mereka disebut Shohihain. Dan dari dua Maha Guru ini maka yang tertinggi adalah Imam Bukhori, (Muhammad bin Ismail bin Bardizbah Al-Bukhori). Ketika Imam Muslim dan Imam Bukhori hidup se-zaman, maka orang-orang saling ingin tahu, mana diantara mereka yang lebih jaya dalam ilmu hadits, maka para ahli hadits berkata : "Jika kita menemukan masalah dalam periwayat hadits, sudah pasti masalah itu sudah terjawab oleh Imam Muslim, dan jika kita berpuluh-puluh tahun memperdalam hadits, belum akan mampu mengejar keluasan ilmu Imam Muslim." Suatu hari Imam Muslim mendapat satu kendala dalam masalah hadits yang tak ia temukan jawabannya, ia sudah merasa mustahil ada seorang pun yang tahu jawabannya, maka orang-orang menyarankannya berkunjung ke Bukhara, yaitu kepada Imam Bukhori, ketika Imam Muslim sampai, dan menanyakan masalah yang tak pernah bisa terjawab oleh ulama di masa itu, maka Imam Bukhori menjawabnya dengan lancar dan mudah, bagaikan mudahnya orang membaca Surat Al-Ikhlas.., maka menyungkurlah Imam Muslim di kaki Imam Bukhori sambil menangis dan berkata : Izinkan aku mencium kedua kakimu wahai Raja Ahli Hadits.. (Sayyidul Muhadditsin) Sebagaimana Imam Bukhori sudah hafal 600 ribu hadits dengan sanad dan hukum matannya pada usia 16 tahun, dan suatu saat orang mengeluh padanya tentang suatu masjid disuatu wilayah yang siapa saja orang asing masuk kesana maka ia akan dihujani pertanyaan tentang dalil-dalil sholat serta rukun-rukunnya, maka Imam Bukhori berkata : "Jika aku sampai kepada mereka, akan kukeluarkan 10 ribu hadits shohih dalam Bab sholat saja, semoga mereka bisa berubah dari kejahatannya itu." Imam Syafi'i adalah Guru dari Imam Ahmad bin Hanbal, dan Imam Malik adalah Guru dari Imam Syafi'i, dan Imam Malik hidup se-zaman dengan Imam Hanafi, dan keduanya berguru kepada Imam Nafi', yang langsung berjumpa dengan para sahabat Rosul shollallahu 'alaihi wasallam, dan tentunya para sahabat Rosul shollallahu 'alaihi wasallam dari Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam. sumber: Al-Habib Munzir Al-Musawwa
MAQOLAH 18 Barangsiapa yang meninggalkan perbuatan dosa, maka akan lembutlah hatinya, maka hati tersebut akan senang menerima nasehat dan ia khusyu’/memperhatikan akan nasehat tersebut. Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu yang haram, baik dalam hal makanan, pakaian dan yang lainnya, dan ia memakan sesuatu yang halal, maka akan jernihlah pikirannya di dalam bertafakur tentang semua ciptaan Allah yang menjadi petunjuk akan adanya Allah Ta’ala yang menghidupkan segala sesuatu setelah kematiannya, demikian pula menjadi petunjuk akan keesaan Allah dan kekuasaan-Nya, dan ilmu-Nya. Dan yang demikian ini terjadi apabila ia mempergunakan pikirannya dan melatih akalnya, bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang menciptakan dia dari nuthfah di dalam rahim, kemudian menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging, kemudian Allah menjadikan tulang dan daging dan urat syaraf serta menciptakan anggota badan baginya. Kemudian Alah memberinya pendengaran, penglihatan dan semua anggota badan, kemudian Allah memudahkannya keluar sebagai janin dari dalam rahim ibunya, dan memberinya ilham untuk menyusu ibunya, dan Allah menjadikannya pada awal kejadian dengan tanpa gigi gerigi, kemudian Allah menumbuhkan gigi tersebut untuknya, kemudian Allah menanggalkan gigi tersebut pada usia 7 tahun, kemudian Allah menumbuhkan kembali gigi tersebut. Kemudian Allah menjadikan keadaan hambanya selalu berubah, dari kecil kemudian tumbuh menjadi besar dan dari muda berubah menjadi tua renta dan dari keadaan sehat berubah menjadi sakit. Kemudian Allah menjadikan bagi hamba-Nya pada setiap hari mengalami tidur dan jaga, demikian pula rambutnya dan kuku-kukunya, manakala ia tanggal maka akan tumbuh lagi seperti semula. Demikian pula malam dan siang yang selalu bergantian, apabila hilang yang satu maka akan disusul dengan timbulnya yang lain. Demikian pula dengan adanya matahari, rembulan, bintang-bintang dan awan dan hujan yang semuanya datang dan pergi. Demikian pula bertafakur tentang rembulan yang berkurang pada setiap malamnya, kemudian menjadi purnama, kemudian berkurang kembali. Seperti itu pula pada gerhana matahari dan rembulan, ketika hilang cahayanya kemudian cahaya itu kembali lagi. Kemudian berpikir tentang bumi yang gersang lagi tandus, maka Allah menumbuhkannya dengan berbagai macam tanaman, kemudian Allah menghilangkan lagi tanaman tersebut kemudian menumbuhkannya kembali. Maka kita akan dapat berkesimpulan bahwa Allah Dzat yang mampu berbuat yang sedemikian ini tentu mampu untuk menghidupkan sesuatu yang telah mati. Maka wajib bagi hamba untuk selalu bertafakur pada hal yang demikian, sehingga menjadi kuatlah imannya akan hari kebangkitan setelah kematian, dan pula ia mengetahui bahwa Allah pasti membangkitkannya dan membalas segala amal perbuatannya. Maka dengan seberapa imannya dari hal yang demikian yang membuat kita bersungguh-sungguh melaksanakan ta’at atau menjauhi maksiat. Wallahu a'lam bishshowab. (Kitab Nashoihul Ibad: Syekh Nawawi Al-Bantani)-Maqolah 18
SENGKETA TANAH HABIB UMAR BIN HAFIDZ, “KAMI TAK PANTAS MERIBUTKAN URUSAN DUNIAWI” Pernah ada seseorang yang mengaku-aku sebagai pemilik tanahnya al-Habib Umar bin Hafidz. Ia mengatakan bahwa tanah itu adalah miliknya. Maka keesokan harinya Habib Salim, putera Habib Umar, mendatangi orang tersebut dan menjelaskan panjang lebar bahwa tanah itu bukan miliknya tapi milik Habib Umar. Surat-surat resminya pun ada di tangan Habib Umar. Namun orang tersebut tidak bergeming, tetap ngotot mengakui tanah itu adalah miliknya. Akhirnya dengan terpaksa Habib Salim mendatangi sang ayah, Habib Umar bin Hafidz, seraya menjelaskan semuanya. “Abah, si fulan mengaku-aku tanah kita yang ada di daerah sana adalah miliknya,” tutur sang anak. Habib Umar malah menanggapi perkataan anaknya itu dengan senyuman, lalu berkata: “Kalau begitu kita ikhlaskan saja tanah itu untuk dia.” Sang anak menjadi terheran-heran, barangkali ada yang salah didengar ia mencoba memastikan: “Tapi, bukankah surat-surat resmi tanah itu ada di tangan kita? Habib Umar kemudian menjawab: “Salim... kita tidak akan berseteru dengan saudara Muslim kita hanya karena urusan duniawi. Kita tidak akan pernah memperebutkan dunia dengan siapapun. Seandainya dia juga mengakui rumah kita ini, kita akan ikhlaskan rumah ini untuknya. Kita masih bisa tidur di mobil kita.” (Diolah dari tulisan Ahmad Afif Tawes, santri Indonesia di Yaman, yang mendengar langsung dari penuturan al-Habib Salim bin Umar bin Hafidz sewaktu mengadakan “ijtima’ khusus” dengan jamaah haji tahun ini). #islam #allah #alhabibsalimumarbinhafidz
Assalamualaikum,  dosa apa yg terus mengalir meski kita sudah meninggal?? Dari: Devi Suherna Jawaban: Wa alaikumus salam Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du, Kita sering mendengar istilah sedekah jariyah. Itulah sedekah yang pahalanya akan terus mengalir, meskipun kita telah meninggal dunia. Kita akan tetap terus mendapatkan kucuran pahala, selama harta yang kita sedekahkan masih dimanfaatkan oleh kaum muslimin untuk melakukan ketaatan. Dari Abu Hurairahradhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ Apabila manusia meninggal, amalnya akan terputus, kecuali 3 hal: ‘Sedekah Jariyah, Ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakannya.’ (HR. Nasa’i 3651, Turmudzi 1376, dan dishahihkan Al-Albani). Sebagai orang beriman, yang sadar akan pentingnya bekal amal di hari kiamat, tentu kita sangat berharap bisa mendapatkan amal semacam ini. Di saat kita sudah pensiun beramal, namun Allah tetap memberikan kucuran pahala karena amal kita di masa silam. Dosa Jariyah Disamping ada pahala jariyah, dalam islam juga ada dosa yang sifatnya sama, dosa jariyah. Dosa yang tetap terus mengalir, sekalipun orangnya telah meninggal. Dosa yang akan tetap ditimpakan kepada pelakunya, sekalipun dia tidak lagi mengerjakan perbuatan maksiat itu. Betapa menyedihkannya nasib orang ini, di saat semua orang membutuhkan pahala di alam barzakh, dia justru mendapat kucuran dosa dan dosa. Anda bisa bayangkan, penyesalan yang akan dialami manusia yang memiliki dosa jariyah ini. Satu prinsip yang selayaknya kita pahami, bahwa yang Allah catat dari kehidupan kita, tidak hanya aktivitas dan amalan yang kita lakukan, namun juga dampak dan pengaruh dari aktivitas dan amalan itu. Allah berfirman di surat Yasin, إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yasin: 12) Orang yang melakukan amal dan aktivitas yang baik, akan Allah catat amal baik itu dan dampak baik dari amalan itu. Karena itulah, islam memotivasi umatnya untuk melakukan amal yang memberikan pengaruh baik yang luas bagi masyarakat. Karena dengan itu dia bisa mendapatkan pahala dari amal yang dia kerjakan, plus dampak baik dari amalnya. Sebaliknya, orang yang melakukan amal buruk, atau perbuatan maksiat, dia akan mendapatkan dosa dari perbuatan yang dia lakukan, ditambah dampak buruk yang ditimbulkan dari kejahatan yang dia kerjakan. Selama dampak buruk ini masih ada, dia akan terus mendapatkan kucuran dosa itu. – wal’iyadzu billah.. –, itulah dosa jariyah, yang selalu mengalir. Sungguh betapa mengerikannya dosa ini. Mengingat betapa bahayanya dosa jariyah ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan umatnya agar berhati-hati, jangan sampai dia terjebak melakukan dosa ini. Sumber Dosa Jariyah Diantara sumber dosa jariyah yang telah diperingatkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Pertama, mempelopori perbuatan maksiat. Mempelopori dalam arti dia melakukan perbuatan maksiat itu di hadapan orang lain, sehingga banyak orang yang mengikutinya. Meskipun dia sendiri tidak mengajak orang lain untuk mengikutinya. Dalam hadis dari Jarir bin Abdillahradhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْء “Siapa yang mempelopori satu kebiasaan yang buruk dalam islam, maka dia mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dosa mereka.” (HR. Muslim). Orang ini tidak mengajak lingkungan sekitarnya untuk melakukan maksiat yang sama. Orang ini juga tidak memotivasi orang lain untuk melakukan perbuatan dosa seperti yang dia lakukan. Namun orang ini melakukan maksiat itu di hadapan banyak orang, sehingga ada yang menirunya atau menyebarkannya. Karena itulah, anak adam yang pertama kali membunuh, dia dilimpahi tanggung jawab atas semua kasus pembunuhan karena kedzaliman di alam ini. Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلَّا كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا “Tidak ada satu jiwa yang terbunuh secara dzalim, melainkan anak adam yang pertama kali membunuh akan mendapatkan dosa karena pertumpahan darah itu.”(HR. Bukhari 3157, Muslim 4473 dan yang lainnya). Anda bisa bayangkan, orang yang pertama kali mendesain rok mini, pakaian you can see, kemudian dia sebarkan melalui internet, lalu ditiru banyak orang. Sekalipun dia tidak ngajak khalayak untuk memakai rok mini, namun mengingat dia yang mempeloporinya, kemudian banyak orang yang meniru, dia mendapatkan kucuran dosa semua orang yang menirunya, tanpa dikurangi sedikitpun. Tak jauh beda dengan mereka yang memasang video parno atau cerita seronok di internet, tak terkecuali media massa, kemudian ada orang yang nonton atau membacanya, dan dengan membaca itu dia melakukan onani atau zina atau bahkan memperkosa, maka yang memasang di internet akan mendapat aliran dosa dari semua maksiat yang ditimbulkan karenanya. Termasuk juga para wanita yang membuka aurat di tempat umum, sehingga memancing lawan jenis untuk menikmatinya, maka dia mendapatkan dosa membuka aurat, plus dosa setiap pandangan mata lelaki yang menikmatinya. Meskipun dia tidak mengajak para lelaki untuk memandanginya. Kedua, mengajak melakukan kesesatan dan maksiat Dia mengajak masyarakat untuk berbuat maksiat, meskipun bisa jadi dia sendiri tidak melakukan maksiat itu. Merekalah para juru dakwah kesesatan, atau mereka yang mempropagandakan kemaksiatan. Allah berfirman, menceritakan keadaan orang kafir kelak di akhirat, bahwa mereka akan menanggung dosa kekufurannya, ditambah dosa setiap orang yang mereka sesatkan, لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلَا سَاءَ مَا يَزِرُونَ Mereka akan memikul dosa-dosanya dengan penuh pada hari kiamat, dan berikut dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). (QS. an-Nahl: 25) Imam Mujahid mengatakan, يحملون أثقالهم: ذنوبهم وذنوب من أطاعهم، ولا يخفف عمن أطاعهم من العذاب شيئًا Mereka menanggung dosa mereka sendiri dan dosa orang lain yang mengikutinya. Dan mereka sama sekali tidak diberi keringanan adzab karena dosa orang yang mengikutinya. (Tafsir Ibn Katsir, 4/566). Ayat ini, semakna dengan hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا “Siapa yang mengajak kepada kesesatan, dia mendapatkan dosa, seperti dosa orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun.” (HR. Ahmad 9398, Muslim 6980, dan yang lainnya). Anda bisa perhatikan para propagandis yang menyebarkan aliran sesat, menyebarkan pemikiran menyimpang, menyerukan masyarakat untuk menyemarakkan kesyirikan dan bid’ah, menyerukan masyarakat untuk memusuhi dakwah tauhid dan sunah, merekalah contoh yang paling mudah terkait hadis di atas. Sepanjang masih ada manusia yang mengikuti mereka, pelopor kemaksiatan dan penghasung pemikiran menyimpang, selama itu pula orang ini turut mendapatkan limpahan dosa, sekalipun dia sudah dikubur tanah. Merekalah para pemilik dosa jariyah. Termasuk juga mereka yang mengiklankan maksiat, memotivasi orang lain untuk berbuat dosa, sekalipun dia sendiri tidak melakukannya, namun dia tetap mendapatkan dosa dari setiap orang yang mengikutinya. Semoga Allah memudahkan kita untuk melakukan amal jariyah dan menjauhkan kita dari dosa jariyah. Amin… Dijawab oleh: Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com) #islam
Beruntunglah Orang-Orang Yang Mencintai Sayyidina Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam.  SULTHANU QULUB ALMAHBUB HABIBANA MUNZIR BIN FUAD AL-MUSAWA ALLAHYARHAM berkata: Di saat itu (hari kiamat) satu persatu manusia akan menghadap Allah Subhanahu wata'ala, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala : " Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada yang Maha Pemurah selaku seorang hamba, sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti, dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri" (QS : Maryam : 93-95) Semua yang ada di langit dan bumi akan datang menghadap kepada Allah sebagai hamba, dan Allah telah mengetahui semua jumlah mereka, dan mereka akan datang menghadap Allah satu persatu, " FULAN BIN FULAN MAJU KE HADAPAN ALLAH", Maka di saat itu, beruntunglah orang-orang yang mencintai Sayyidina Muhammad Shallallahu 'Alaihi wasallam.  Dijelaskan di dalam tafsir Al-Imam Ibnu Abbas R.A, bahwa para sahabat berkata: " Tidak Ada Ayat Yang Lebih Menggembirakan Kami Melebihi Dari Firman Allah Subhanahu Wata'ala" WALASAUFA YU'TIKA RABBUKA FATARDHA (Q.S.AD-DHUHA; 5) "Dan kelak pasti Rabbmu memberikun karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas" (QS : Ad-Dhuha : 5) KARENA KAMI ( PARA SAHABAT ) TAHU BAHWA NABI MUHAMMAD SAW BELUM RIDHA JIKA MASIH ADA SATU UMMAT NYA YANG DI NERAKA.  Sungguh beruntung pengikut Sayyidina Muhammad shallallahu 'Alaihi Wasallam" BERUNTUNGLAH NAMA-NAMA MU YANG TELAH DIPILIH ALLAH UNTUK MENJADI PENGIKUT NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM. Mahu Suci Engkau wahai Rabbi yang telah mengumpulkan kami dalam perkumpulan orang-orang yang-mencintai Sayyidina Muhammad shallallahu 'Alaihi Wasallam'  Hadirin hadirat, perkumpulan-perkumpulan Majelis Dzikir seperti ini akan dibanggakan oleh Allah kelak di hari kiamat    #islam
12 FAKTA TENTANG KA'BAH YANG JARANG KITA KETAHUI (Gak Baca Nyesel) 1. Mekah adalah kawasan yg mempunyai gravitasi sangat stabil 2. Karena tekanan gravitasinya sangat tinggi, disitulah berpusatnya suara - suara yg tidak dapat di dengar oleh telinga 3. Tekanan gravitasi yg tinggi memberikan kesan langsung kepada sistem imun tubuh untuk bertindak sebagai pertahanan dari segala macam penyakit 4. Doa akan terkabul karena situlah tempat gema atau ruang dan masa serentak 5. Apa yg diniatkan di hati adalah gema yg tidak dapat didengar tetapi dapat dirasakan frekuensinya. Pengaruh elektron menyebabkan kekuatan dalam kembali tinggi atau penuh semangat untuk melakukan ibadah, tidak ada sifat putus asa, dan ingin terus hidup untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. 6. Teknologi satelit & gelombang radio pun tidak dapat menangkap apa yg ada di dalam ka'bah. Frekuensi radio bahkan tidak mungkin mendengar apa - apa yg ada didalam ka'bah karena tekanan gravitasinya yg tinggi. 7. Tempat yg paling tinggi tekanan gravitasinya sehingga mempunyai kandungan garam dan aliran anak sungai dibawah tanah yg banyak. itulah sebabnya jika bersembahyang di masjidil haram yg walaupun terbuka tanpa atap tetap terasa sejuk. 8. Tidur dengan posisi menghadap kabah secara otomatis otak tengah akan terangsang sangat aktif hingga tulang belakang & menghasilkan sel darah merah. 9. Pergerakan mengelilingi ka'bah berlawanan arah jarum jam membuat peredaran darah didalam tubuh meningkat. karna itulah kita jadi bertenaga dan rata - rata orang yg berada di mekah senantiasa sehat dan panjang umur. 10. Angka 7 itu membawa maksud kepada bilangan tidak terhingga atau terlalu banyak. Dengan melakukan 7 kali putaran sebenarnya kita melakukan ibadah yg tidak terhingga jumlahnya. 11. Larangan memakai topi, songkok, atau menutup kepala karana rambut dan bulu roma (lelaki) adalah ibarat antena untuk menerima gelombang yg baik selama berada di ka'bah 12. Setelah selesai semua barulah bercukur. Tujuannya untuk melepaskan diri daripada larangan - larangan didalam ihram. Namun rahasia sebenarnya adalah untuk membersihkan "antena" kita dari segala kotoran. Agar hanya gelombang yg baik saja yg diterima oleh tubuh. karana itulah selepas kita melakukan ibadah haji, kita seperti dilahirkan kembali, sebab segala yg buruk telah dibuang keluar dan di gantikan dengan nur atau cahaya yg baru. Wallahualam.. Ya Allah, berilah kesempatan hamba-Mu ini untuk dapat beribadah haji, Aaamiin.. Silahkan tulis "AAMIIN" di komentar sobat sekarang anda memiliki dua pilihan , 1. Membiarkan sedikit pengetahuan ini hanya dibaca disini 2. Membagikan pengetahuan ini kesemua teman dengan klik 'Bagikan' , Insya Allah akan lebih bermanfaat bagi kita dan orang lain serta akan menjadi pahala bagimu.
Peristiwa Dikala Shubuh: Mengucurnya Darah Sang Amirul Mukminin “Demi waktu shubuh”, begitulah Allah Ta'ala bersumpah dalam Al-Qur'an. Shubuh tatkala fajar menyingsing dan  matahari bersiap-siap menampakkan dirinya merupakan waktu yang penuh dengan keberkahan. Udara segar, langit kemerahan, pikiran yang cerah merupakan kenikmatan tersendiri di setiap waktu shubuh.   Namun tak teruntuk shubuh itu. Ketika muadzin mengumandangkan adzan, dengan berbondong-bondong para shahabat dan sebagian tabi’in memenuhi masjid. Mereka berlomba-lomba menempati barisan yang paling depan. Dan ketika dua shaf penuh dengan jama’ah, sholat pun dimulai. Sang Amirul Mukminin dengan suaranya yang berwibawa membaca Surat Al-fatihah dengan penuh khusyu’. Kemudian dilanjutkan dengan Surat An-Nahl atau Yusuf. Namun tak sampai ia menamatkan bacaannya, beberapa tusukan tajam mengenai perutnya. Ia tak kuasa menahan sakit kucuran darahnya, ia terjatuh dan mengisyaratkan shahabat Abdur Rahman bin Auf Rodhiyallahu 'anhu untuk menggantikan posisinya. Lalu shahabat Abdur Rahman bin Auf mengimami dengan sholat yang ringan.  Surat Al-Kautsar raka'at pertama dan An-Nashr raka'at kedua. Para jama’ah yang berada di shaf bagian depan mengetahui apa yang terjadi, sedang mereka yang di belakang mengucap Subhanallah mengira sang imam lupa akan bacaannya. Ketika sholat telah rampung diselesaikan, Sang Amirul Mukminin bertanya kepada shahabat Abdullah Ibnu Abbas perihal siapa yang menikamnya, Ibnu Abbas menjawab “Anak Mughiroh”, yang berkinayah Abu lukluah Al-Majusi laknatullohi 'alaih. Para shahabat dan tabi’in tak pernah merasakan sebuah musibah di kala shubuh kecuali waktu itu. Sebagian dari mereka beranggapan shahabat Umar bin Khoththob Rodhiyallahu 'anhu akan baik-baik saja. Sebagian yang lain mengkhawatirkan keadaannya. Selepas ia sholat shubuh dengan keadaan semampunya, ia disuguhi segelas Nabidz, semacam rendaman air kurma beberapa hari, untuk mengetahui seberapa parah lukanya, dan ternyata Nabidz pun mengucur dari perut sang Amirul Mukminin. Lalu ia meminum susu dan hasilnya sama, tetap mengucur dari lambungnya. Semua orang yang mengetahui perihal tersebut tahu bahwa sang khalifah tak akan mampu bertahan hidup lama lagi. Para shahabat lalu memintanya untuk berwasiat, mulai dari kesan persahabatannya dengan Nabi Shollallahu 'Alaihi Wa Sallam, uang baitul mal, hingga ia menyuruh anaknya Abdullah bin Umar untuk pergi ke rumah Sayyidah Aisyah, “Katakan kepadanya (Sayyidah Aisyah): Umar menitipkan salam untukmu dan jangan kau sebut aku dengan Amirul Mukminin, karena hari ini aku tidak bisa menjadi pemimpin bagi orang-orang mukmin. Dan mintalah izin kepadanya agar aku bisa disemayamkan dengan kedua shahabatku.” Sayyidah Aisyah menangis tatkala Abdullah bin Umar mengutarakan apa yang diperintahkan ayahnya, “Sungguh aku sangat menginginkan diriku dikubur bersama ayah dan suamiku kelak, tapi hari ini aku tak menginginkannya kembali.” Dengan rasa yang penuh kelegaan, bahagia campur sedih, Abdullah melangkahkan kaki pulang. Sesampainya ia di rumah, sang ayah yang sedang berbaring menahan perih meminta untuk didudukan dan bertanya kepada putranya tentang permintaan terakhirnya. “Sesuai apa yang engkau inginkan wahai Amirul Mukminin” ucap sang putra. Alangkah bahagianya sahabat Umar dengan bibir tesungging ia bertahmid, “Segala puji bagi Allah, tak ada sesuatu yang paling penting bagiku ketimbang beristirahat selamanya di samping kedua shahabatku. Ketika datang ajalku, bawalah aku dan kembalilah meminta izin kepadanya (Sayyidah Aisyah). Jika ia mengamini, kuburkan aku bersama dua shahabatku dan jika tidak, bawalah aku ke Baqi’; makam orang-orang mukmin.” Tiga hari setelah penikaman itu Sang Amirul Mukminin menghadap ke haribaan Allah Ta'ala, lantas Abdullah bin Umar pun  melaksanakan wasiat sang ayah untuk meminta izin kedua kalinya kepada Sayyidah Aisyah. Dan akhirnya sang Khalifah yang pertama kali diberi gelar Amirul Mukminin, pencetus pengumpulan Al-Qur'an untuk dijadikan satu mushaf, mufti yang berfatwa bahwa sholat tarawih 20 rakaat dan berjamaah adalah sebaik-baiknya bid’ah, sang mertua Rosul, shahabat karib Nabi Shollallahu 'Alaihi Wa Sallam, pemimpin yang penuh kezuhudan, dialah Umar Bin Khoththob Rodhiyallahu 'anhu dikebumikan di samping kedua shahabatnya, Nabi Muhammad Shollallahu 'Alaihi Wa Sallam dan Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq. 
NASIHAT UNTUK PARA PENUNTUT ILMU Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Utsman al-Basri dari Abdul Aziz bin Muslim, telah memberitakan kepada kami Zaid al-Ammiyu dari Sebahagian Fuqaha: يَا صَاحِبَ الْعِلْمِ اعْمَلْ بِعِلْمِكَ، وَأَعْطِ فَضْلَ مَالِكَ، وَاحْبِسِ الْفَضْلَ مِنْ قَوْلِكَ،إِلَّا بِشَيْءٍ مِنَ الْحَدِيثِ يَنْفَعُكَ عِنْدَ رَبِّكَ Wahai yang berilmu, beramal-lah dengan Ilmu-mu dan berikanlah kelebihan dari hartamu, dan tahanlah kelebihan dari perkataanmu kecuali dari perkataan yang akan bermanfaat buat-mu untuk menghadap Tuhanmu. يَا صَاحِبَ الْعِلْمِ إِنَّ الَّذِي عَلِمْتَ ثُمَّ لَمْ تَعْمَلْ بِهِ قَاطِعٌ حُجَّتَكَ، وَمَعْذِرَتَكَ عِنْدِ رَبِّكَ إِذَا لَقِيتَهُ، Wahai yang berilmu, sesungguhnya Ilmu yang engkau pelajari kemudian tidak kau amalkan, maka itu akan menjadi pemutus hujjah kamu, dan akan menjadikan bencana buatmu ketika engkau menghadap kepada-Nya (Allah). يَا صَاحِبَ الْعِلْمِ، إِنَّ الَّذِي أُمِرْتَ بِهِ مِنْ طَاعَةِ اللَّهِ، لَيَشْغَلُكَ عَمَّا نُهِيتَ عَنْهُ مِنْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ Wahai yang berilmu, sesungguhnya perkara yang diperintahkan untuk dilakukan dari perbuatan ta'at kepada Allah, itu akan menyibukanmu daripada engaku melakukan perbuatan yang dilarang dari ma'siat kepada Allah. يَا صَاحِبَ الْعِلْمِ، لَا تَكُونَنَّ قَوِيًّا فِي عَمَلِ غَيْرِكَ، ضَعِيفًا فِي عَمَلِ نَفْسِكَ. يَا صَاحِبَ الْعِلْمِ، لَا يَشْغَلَنَّكَ الَّذِي لِغَيْرِكَ عَنِ الَّذِي لَكَ Wahai yang berilmu, sungguh janganlah engkau kuat untuk bekerja mengoreksi pekerjaan selainmu, tetapi lemah dalam mengoreksi perbuatan dirimu sendiri يَا صَاحِبَ الْعِلْمِ، عَظِّمِ الْعُلَمَاءَ، وَزَاحِمْهُمْ وَاسْتَمِعْ مِنْهُمْ، وَدَعْ مُنَازَعَتَهُمْ Wahai orang yang berilmu, Muliakanlah ulama, dan sayangilah mereka, dan dengarkanlah Ilmu dari mereka, dan tinggalkanlah percekcokan kepada mereka. يَا صَاحِبَ الْعِلْمِ، عظِّمِ الْعُلَمَاءَ لِعِلْمِهِمْ، وَصَغِّرِ الْجُهَّالَ لِجَهْلِهِمْ، وَلَا تُبَاعِدْهُمْ، وَقَرِّبْهُمْ وَعَلِّمْهُمْ Wahai yang berilmu, Muliakanlah ulama karena Ilmunya, dan Kecilkanlah Orang bodoh karena kebodohannya, dan jangan jauhi mereka dan dekatilah dan ajarilah mereka. يَا صَاحِبَ الْعِلْمِ، لَا تُحَدِّثْ بِحَدِيثٍ فِي مَجْلِسٍ، حَتَّى تَفْهَمَهُ، وَلَا تُجِبِ امْرَأً فِي قَوْلِهِ حَتَّى تَعْلَمَ مَا قَالَ لَكَ Wahai yang berilmu, janganlah kau berbicara suatu pembicaraan disuatu perkumpulan, sampai engkau memahaminya, dan janganlah engkau menjawab pertanyaan seseorang sehingga engkau mengerti apa yang ditanyakan kepadamu. يَا صَاحِبَ الْعِلْمِ، إِنَّهُ لَا يَكْمُلُ ضَوْءُ النَّهَارِ إِلَّا بِالشَّمْسِ، كَذَلِكَ لَا تَكْمُلُ الْحِكْمَةُ إِلَّا بِطَاعَةِ اللَّهِ Wahai yang berilmu, sesungguhnya tidak akan sempurna cahaya siang, kecuali dengan adanya matahari, begitu juga tidak akan sempurna Hikmah, kecuali dengan Taat kepada Allah يَا صَاحِبَ الْعِلْمِ، إِنَّهُ لَا يَصْلُحُ الزَّرْعُ، إِلَّا بِالْمَاءِ وَالتُّرَابِ، كَذَلِكَ لَا يَصْلُحُ الْإِيمَانُ، إِلَّا بِالْعِلْمِ وَالْعَمَلِ، Wahai yang berilmu, sesungguhnya tidak akan tumbuh subur tanaman, kecuali dengan air dan tanah/debu, begitu juga tidak akan tumbuh subur iman, kecuali dengan Ilmu dan amal يَا صَاحِبَ الْعِلْمِ، كُلُّ مُسَافِرٍ مُتَزَوِّدٌ، وَسَيَجِدُ إِذَا احْتَاجَ إِلَى زَادٍ، مَا تَزَوَّدَ، وَكَذَلِكَ سَيَجِدُ كُلُّ عَامِلٍ إِذَا مَا احْتَاجَ إِلَى عَمَلِهِ فِي الْآخِرَةِ، مَا عَمِلَ فِي الدُّنْيا Wahai yang berilmu, setiap musafir itu (harus) membawa perbekalan dan akan mengambil perbekalan itu apabila di butuhkan, begitu juga akan didapati setiap orang beramal apabila membutuhkan (pahala) amalnya di akhirat, apa yang dikerjakan di akhirat. Wallahu A'lam. Sumber : الكتب » سنن الدارمي » بَاب فِي إِعْظَامِ الْعِلْمِ Kitab Sunan Ad-Darimi, Bab Dalam menganggungkan Ilmu 
Pentingnya Memiliki Adab (Sopan Santun) Dalam meneladani para salaf, hal pertama yang paling penting diingat adalah masalah adab. Mengenai pentingnya adab, Ibnu Al-Mubarak mengatakan, “Kita lebih butuh kepada sedikit adab, daripada kepada banyak ilmu.” Seorang ulama berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, sungguh engkau mempelajari satu bab adab lebih aku sukai daripada engkau mempelajari tujuh puluh bab ilmu.”   Ada yang mengatakan, “Apabila seorang pengajar memiliki tiga hal, yakni kesabaran, tawadhu’, dan akhlaq yang baik, sempurnalah nikmat yang dirasakan oleh para muridnya. Dan apabila seorang murid memiliki tiga hal, yaitu akal, adab, dan pemahaman yang baik, niscaya akan sempurnalah nikmat yang dirasakan oleh pengajarnya.” Demikian dikutip dari kitab Ihya' Ulumuddin.   Dihikayatkan, Abu Yazid Al-Busthomi bermaksud mengunjungi seorang laki-laki yang dikatakan memiliki kebaikan. Maka ia pun menunggunya di sebuah masjid. Lalu orang itu keluar, kemudian meludah di masjid, yakni di dindingnya sebelah luar.   Melihat itu, Al-Busthomi pun pulang dan tidak jadi bertemu dengannya. la mengatakan, “Orang yang tidak dapat memelihara adab syari’at tidak dapat dipercaya untuk menjaga rahasia Allah.”   Al-lmam Ahmad bin Zain Al-Habsyi mengatakan, “Hendaknya seorang penuntut jalan akhirat senantiasa mencari-cari manfaat dimana pun berada, baik pada orang yang ahli maupun bukan ahli. Mau mengambil dari setiap orang, bagaimana pun ia, baik ia orang alim maupun orang awam. Karena, terkadang akhlaq yang bagus ia dapati pada sebagian orang awam, dan tidak ia dapati pada yang lainnya, dan juga tidak pada dirinya. Di antara keadaan seorang yang benar adalah, mengambil dari teman bergaulnya segala yang baik yang ia lihat terdapat padanya, baik ucapan maupun perbuatan, dan meninggalkan apa yang buruk darinya. Apabila ia mengambil manfaat yang ia dapatkan padanya, janganlah ia mengambil kerusakan dan penyimpangan yang ada pada orang itu.”    Demikian disebutkan dalam kitab Qurrotul-’Ain.   Selanjutnya ia juga mengatakan, “Pemahaman itu bagi yang memilikinya merupakan nikmat yang sangat besar, tetapi mereka terkadang tidak merasakannya sebagai nikmat, karena mereka memandang hal itu bisa diperoleh dari membaca kitab, misalnya. Dan orang yang melakukan muthola’ah kitab-kitab hendaknya memohon pertolongan kepada Allah, agar memudahkan pemahaman baginya dan dapat membayangkannya, sehingga ia dapat memperoleh apa yang dituntut, dan Allah membukakan baginya pemahaman dalam agama.”   Al-lmam Ahmad bin Hasan Al-Aththos mengatakan, “Ada dua perkara yang baik untuk diperhatikan seorang penuntut ilmu: Pertama, ia tidak masuk pada sesuatu dari ilmu-ilmu dan amal-amalnya, melainkan dengan niat yang baik. Kedua, ia memperhatikan buah dan hasilnya. Apabila tidak memperhatikan ini, ia tidak mendapatkan manfaat.” la juga mengatakan, “Apabila seorang penuntut ilmu membaca suatu kaidah, dan ia ingin menghafalnya, tetapi tidak ada padanya tinta, dan tidak ada pula pena, hendaklah ia menulisnya dengan jarinya pada tangannya, atau pada lengannya.”   Wallahu a’lam bishshowab.

Rabu, Mei 01, 2013

khutbah jum'at , syahadat rasul

Syahadat Rasul, Makna Dan Konsekuensinya Oleh : Muqoffa Mahyuddin, SAg. MHum KHUTBAH PERTAMA إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ. أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا Jama’ah Jum’at rahimakumullah Setiap muslim pasti bersaksi, mengakui bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasulullah, tapi tidak semua muslim memahami hakikat yang benar dari makna syahadat Muhammad Rasulullah, dan juga tidak semua muslim memahami tuntutan dan konsekuensi dari syahadat tersebut. Fenomena inilah yang mendorong khatib untuk menjelaskan makna yang benar dari syahadat Muhammad Rasulullah dan konsekuensinya. Makna dari syahadat Muhammad Rasulullah adalah pengakuan lahir batin dari seorang muslim bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, Abdullah wa Rasuluhu yang diutus untuk semua manusia sebagai penutup rasul-rasul sebelumnya. Kaum muslimin rahimakumullah Dari makna di atas bisa dipetik bahwa yang terpenting dari syahadat Muhammad Rasulullah adalah dua hal yaitu: Bahwa Muhammad itu adalah abdullah (hamba Allah) dan Muhammad itu rasulullah. Dua hal ini merupakan rukun syahadat Muhammad Rasulullah. “Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku.” (A1 Kahfi; 110). Syaikh Muhammad bin Shalih A1 Utsaimin menjelaskan: Dalam ayat di atas Allah memerintahkan NabiNya untuk mengumumkan kepada manusia bahwa saya hanyalah seorang hamba sama dengan kalian, bukan Rabb (Tuhan). إِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ. “Saya hanya seorang hamba, maka katakanlah hamba Allah dan RasulNya”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Syaikh Al-Utsaimin berkata: Saya hanyalah hamba yakni saya tidak punya hak dalam rububiyah dan juga dalam hal-hal yang menjadi keistimewaan Allah. Kaum muslimin rahimakumullah Keyakinan bahwa Muhammad adalah hamba Allah menuntut kepada kita untuk mendudukkan beliau di tempat yang semestinya, tidak melebih-lebihkan beliau dari derajat yang seharusnya sebab beliau hanyalah seorang hamba yang tidak mungkin naik derajatnya menjadi Rabb. Dari sini termasuk kesesatan jika ada yang ber-isti’anah1, ber-istighatsah2, memohon kepada Nabi untuk mendatangkan manfaat dan menolak mudharat sebab hal itu adalah hak mutlak Allah sebagai Rabb. "Katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatanpun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfaatan". (Al-Jin; 21). Kemudian syahadat “Muhammad Rasulullah” menuntut kita untuk mengimani risalah yang beliau sampaikan, beribadah dengan syariat yang beliau bawa, tidak mendustakan, tidak menolak apa yang beliau ucapkan maupun yang beliau lakukan. Jama'ah Jum'at rahimakumullah Seorang Muslim yang beriman bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul Allah, dituntut untuk mewujudkan beberapa hal sebagai bukti kebenaran keimanannya. Hal hal yang wajib diwujudkan sebagai konsekuensi syahadat Muhammad Rasulullah adalah: 1. Membenarkan semua berita yang shahih dari Rasul Allah I. Muhammad adalah Rasulullah yang diistimewakan dari manusia lainnya dengan wahyu, maka jika Beliau memberitakan berita masa lalu maupun berita masa depan maka berita itu sumbernya adalah wahyu yang kebenarannya tidak boleh ragukan lagi. Di antara berita-berita dari Rasulullah yang wajib kita terima adalah: Berita tentang tanda-tanda hari kiamat, seperti munculnya dajjal, turunnya Nabi Isa, terbitnya matahari dari barat, berita tentang pertanyaan di alam kubur; Adzab dan nikmat kubur, begitu juga berita tentang datangnya malaikat maut dalam bentuk manusia kepada Nabi Musa untuk mencabut nyawanya lalu Nabi Musa menamparnya hingga rusak salah satu matanya. Semua berita di atas dan juga berita-berita lain yang berasal dari hadits-hadits shahih, wajib kita percayai, jangan sekali-kali kita dustakan dengan alasan berita itu bertentangan dengan akal sehat atau bertentangan dengan zaman. 2. Mentaati Rasulullah Kaum muslimin rahimakumullah Seorang muslim wajib taat kepada Rasulullah sebagai perwujudan sikap pengakuan terhadap kerasulan Beliau. “Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah”. (Al-Nisaa’; 80) Syaikh Abdur Rahman Nasir As Sa'dy berkata: setiap orang yang mentaati Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam dalam perintah-perintah dan larangan-larangannya dia telah mentaati Allah, sebab Rasulullah tidak memerintahkan dan melarang kecuali dengan perintah, syariat dan wahyu yang Allah turunkan. Taat kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam mempunyai dua sisi: 1. Taat dalam perintah dengan menjalankan semua perintahnya, di antara perintah Beliau yang wajib kita taati adalah: Perintah mencelupkan lalat yang jatuh dalam minuman atau makanan, mencuci tangan tiga kali sehabis bangun dari tidur, mengucapkan Basmallah ketika makan, makan dan minum dengan tangan kanan, shalat berjamaah dan lain-lain. Sebagian orang menolak perintah Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam dengan berbagai alasan, misalnya dia menolak perintah menenggelamkan lalat dengan alasan hal itu menyalahi ilmu kesehatan, dan perintah itu bersumber dari Rasul sebagai manusia biasa. Sikap ini adalah godaan syaitan yang bermuara kepada penolakan terhadap sunnah Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam . Kaum muslimin rahimakumullah 2. Sisi kedua dari mentaati Rasul adalah menjauhi larangan Rasulullah, sebab yang dilarang Rasulullah juga otomatis dilarang oleh Allah, di antara larangan tersebut: Larangan memakan binatang buas yang bertaring, larangan makan atau minum dengan bejana emas atau perak, larangan menikahi seorang wanita bersama saudara atau bibinya, larangan memanjangkan kain (sarung atau celana) di bawah mata kaki, larangan melamar di atas lamaran orang lain, larangan menjual atau membeli di atas penjualan atau pembelian orang lain, dan larangan-larangan yang lain, semua wajib dijauhi. Termasuk beberapa hal yang sudah diletakkan oleh Rasulullah sebagai rukun, syarat dan batasan. “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya maka jauhilah”. (Al-Hasyr: 7). Jamaah Jum'at rahimakumullah. Konsekuensi yang ketiga: Berhukum kepada sunnah Rasul Allah. Syahadat Muhammad Rasulullah yang benar akan membawa seorang Muslim kepada kesiapan dan keikhlasan untuk menjadikan sunnah Rasulullah sebagai rujukan, dia pasti menolak jika diajak untuk merujuk kepada akal, pendapat si A/si B, hawa nafsu, maupun warisan nenek moyang dalam menetapkan suatu hukum, lebih-lebih jika terjadi ikhtilaf (perbedaan), seorang Muslim yang konsekwen dengan syahadatnya dengan lapang dada akan menjadikan sunnah Rasulullah sebagai imamnya. “Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sehingga mereka menjadikanmu sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An Nisaa'; 65). Syaikh As-Sa'dy berkata: Allah bersumpah dengan diriNya yang mulia bahwa mereka tidak beriman sehingga mereka menjadikan RasulNya sebagai hakim dalam masalah-masalah yang mereka perselisihkan. Lanjut beliau; Dan berhukum ini belum dianggap cukup sehingga mereka menerima hukumnya dengan lapang dada, ketenangan jiwa dan kepatuhan lahir batin. Jamaah Jum'at rahimakumullah Haruslah diketahui bahwa sikap penolakan terhadap hukum Rasulullah dalam masalah-masalah ikhtilaf adalah termasuk sifat kaum munafikin. “Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangimu dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu”. (An Nisaa'; 61) Ibnu Abbas berkata: Hampir saja Allah menghujani kalian dengan batu dari langit. Saya berkata: “Rasulullah telah bersabda begini, sedangkan kalian berkata (tapi) Abu Bakar dan Umar berkata begitu”. As-Syaikh Al-Utsaimin berkata: “Jika seseorang mengguna-kan ucapan Abu Bakar dan Umar untuk menentang sabda Rasul bisa menyebabkan turunnya siksa; hujan batu, maka apa dugaanmu dengan orang yang menentang sabda Rasul dengan ucapan orang yang jauh di bawah derajat keduanya, tentu saja dia lebih berhak mendapat siksa. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ KHUTBAH KEDUA الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاًَ طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ. عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

khutbah jum'at, syirik penyebab kerusakan dan bahaya besar

Syirik Penyebab Kerusakan Dan Bahaya Besar Oleh: Muqoffa Mahyuddin, SAg. MHum. KHUTBAH PERTAMA إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ. أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا Ma'asyirol Muslimin rahimakumullah ... Segala puji bagi Allah, Rabb dan sesembahan sekalian alam, yang telah mencurahkan kenikmatan-kenikmatanNya, rizki dan karuniaNya yang tak terhingga dan tak pernah putus sepanjang zaman. Kepada makhluknya Baik yang berupa kesehatan maupun kesempatan sehingga pada kali ini kita dapat berkumpul di tempat yang mulia dalam rangka menunaikan kewajiban shalat Jum’at. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada uswah kita Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Sallam, yang atas jasa-jasa dan perjuangan beliau cahaya Islam ini tersampaikan kepada kita, sebab dengan adanya cahaya Islam tersebut kita terbebaskan dari kejahiliyahan, malamnya bagaikan siangnya. Dan semoga shalawat serta salam juga tercurahkan kepada keluarganya, para sahabatnya dan pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman. Pada kesempatan kali ini tak lupa saya wasiatkan kepada diri saya pribadi dan kepada jama’ah semuanya, marilah kita tingkatkan kualitas iman dan taqwa kita, karena iman dan taqwa adalah sebaik-baiknya bekal untuk menuju kehidupan di akhirat kelak. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah ... Islam adalah agama yang datang untuk menegakkan tauhid, yaitu meng-Esa-kan Allah. Sebagaimana kita telah bersaksi dalam setiap harinya paling tidak dalam shalat kita. (أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ), yang bermakna tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad utusan Allah. Yang mana pada kalimat (لاَ إِلَهَ) terdapat makna penafian (peniadaan) sesembahan selain Allah dan (إِلاَّ اللهُ) menetapkan sesembahan untuk Allah semata. Tetapi begitu banyak umat Islam yang tidak konsisten kepada tauhid, mereka tidak lagi menyembah kepada Allah semata. Bahkan banyak di antara mereka yang berbuat syirik, menyembah kepada selain Allah baik langsung maupun tak langsung, baik disengaja maupun tidak. Banyak di antara mereka yang pergi ke dukun-dukun, paranormal, tukang santet, tukang ramal, mencari pengobatan alternatif, mencari penglaris, meminta jodoh dan lain sebagainya. Dan yang lebih memprihatinkan lagi wahai kaum muslimin ... banyak umat Islam yang berbuat syirik tapi mereka berkeyakinan bahwa perbuatannya itu adalah suatu ibadah yang disyari’atkan dalam Islam (padahal tidak demikian). Inilah penyebab utama terjadinya musibah di negeri kita dan di negeri saudara-saudara kita, disebabkan umat tidak lagi bertauhid dan banyak berbuat syirik. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah. Allah menurunkan agama tauhid ini untuk mengangkat derajat dan martabat manusia ke tempat yang sangat tinggi dan mulia. Di akhirat kita dimasukkan ke dalam Surga dan di dunia kita akan diberikan kekuasaan. Dan Allah menurunkan agama tauhid ini untuk membebaskan manusia dari kerendahan dan kehinaan yang di akibatkan oleh perbuatan syirik. Sebagai firman Allah: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan mengukuhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar(keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (An-Nur: 55). Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam barsabda: مَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ. “Barangsiapa meninggal dunia (dalam keadaan) tidak berbuat syirik kepada Allah sedikitpun, niscaya akan masuk Surga. Dan barangsiapa meninggal dunia (dalam keadaan) berbuat syirik kepada Allah, niscaya akan masuk Neraka.” (HR. Muslim). Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah ... Syirik adalah sebesar-besar dosa yang wajib kita jauhi, karena perbuatan syirik (menyekutukan Allah) menyebabkan kerusakan dan bahaya yang besar, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Di antara kerusakan dan bahaya akibat perbuatan syirik adalah: Pertama: Syirik merendahkan eksistensi kemanusiaan Syirik menghinakan kemuliaan manusia, menurunkan derajat dan martabatnya. Sebab Allah menjadikan manusia sebagai hamba Allah di muka bumi. Allah memuliakannya, mengajarkan seluruh nama-nama, lalu menundukkan baginya apa yang ada di langit dan di bumi semuanya. Allah telah menjadikan manusia sebagai penguasa di jagad raya ini. Tetapi kemudian ia tidak mengetahui derajat dan martabat dirinya. Ia lalu menjadikan sebagian dari makhluk Allah sebagai Tuhan dan sesembahan. Ia tunduk dan menghinakan diri kepadanya. Ada sebagian dari manusia yang menyembah sapi yang sebenarnya diciptakan Allah untuk manusia agar hewan itu membantu meringankan pekerjaannya. Dan ada pula yang menginap dan tinggal di kuburan untuk meminta berbagai kebutuhan mereka. Allah berfirman: “Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) di buat orang. (Berhala-berhala) itu benda mati, tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan”. (Al-Hajj: 20-21) “Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah maka ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ketempat yang jauh”. (Al-Hajj: 31) Kedua: Syirik adalah sarang khurofat dan kebatilan Dalam sebuah masyarakat yang akrab dengan perbuatan syirik, “barang dagangan” dukun, tukang nujum, ahli nujum, ahli sihir dan yang semacamnya menjadi laku keras. Sebab mereka mendakwahkan (mengklaim) bahwa dirinya mengetahui ilmu ghaib yang sesungguhnya tak seorangpun mengetahuinya kecuali Allah. Jadi dengan adanya mereka, akal kita dijadikan siap untuk menerima segala macam khurofat/takhayul serta mempercayai para pendusta (dukun). Sehingga dalam masyarakat seperti ini akan lahir generasi yang tidak mengindahkan ikhtiar (usaha) dan mencari sebab serta meremehkan sunnatullah (ketentuan Allah). Ketiga: Syirik adalah kedholiman yang paling besar Yaitu dhalim terhadap hakikat yang agung yaitu (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah). Adapun orang musyrik mengambil selain Allah sebagai Tuhan serta mengambil selainNya sebagai penguasa. Syirik merupakan kedhaliman dan penganiayaan terhadap diri sendiri. Sebab orang musyrik menjadikan dirinya sebagai hamba dari makhluk yang merdeka. Syirik juga merupakan kezhaliman terhadap orang lain yang ia persekutukan dengan Allah karena ia telah memberikan sesuatu yang sebenarnya bukan miliknya. Keempat: Syirik sumber dari segala ketakutan dan kecemasan Orang yang akalnya menerima berbagai macam khurofat dan mempercayai kebatilan, kehidupannya selalu diliputi ketakutan. Sebab dia menyandarkan dirinya pada banyak tuhan. Padahal tuhan-tuhan itu lemah dan tak kuasa memberikan manfaat atau menolak bahaya atas dirinya. Karena itu, dalam sebuah masyarakat yang akrab dengan kemusyrikan, putus asa dan ketakutan tanpa sebab merupakan suatu hal yang lazim dan banyak terjadi. Allah berfirman: “Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang yang kafir rasa takut disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak memberikan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka adalah Neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang dhalim”. (Ali-Imran: 151) Kelima Syirik membuat orang malas melakukan pekerjaan yang bermanfaat Syirik mengajarkan kepada para pengikutnya untuk mengandalkan para perantara, sehingga mereka meremehkan amal shalih. Sebaliknya mereka melakukan perbuatan dosa dengan keyakinan bahwa para perantara akan memberinya syafa’at di sisi Allah. Begitu pula orang-orang kristen melakukan berbagai kemungkaran, sebab mereka mempercayai Al-Masih telah menghapus dosa-dosa mereka ketika di salib. Sebagian umat Islam mengandalkan syafaat Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam tapi mereka meninggalkan kewajiban dan banyak melakukan perbuatan haram. Padahal Rasul Shallallaahu alaihi wa Sallam berkata kepada putrinya: يَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ، سَلِيْنِيْ مِنْ مَالِيْ مَا شِئْتِ لاَ أُغْنِيْ عَنْكِ مِنَ اللهِ شَيْئًا. (رواه البخاري). “Wahai Fathimah binti Muhammad, mintalah dari hartaku sekehendakmu (tetapi) aku tidak bermanfaat sedikitpun bagimu di sisi Allah”. (HR. Al-Bukhari). Keenam: Syirik menyebabkan pelakunya kekal dalam Neraka Syirik menyebabkan kesia-siaan dan kehampaan di dunia, sedang di akhirat menyebabkan pelakunya kekal di dalam Neraka. Allah berfirman: “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga dan tempatnya ialah Neraka, dan tidaklah ada bagi orang-orang dhalim itu seorang penolongpun”. (Al-Maidah: 72). Ketujuh: Syirik memecah belah umat “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang memper-sekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”. (Ar Ruum: 31-32) Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah ... Itulah berbagai kerusakan dan bahaya yang ditimbulkan perbuatan syirik. Yang jelas Syirik merupakan penyebab turunnya derajat dan martabat manusia ke tempat paling hina dan paling rendah. Karena itu Wahai hamba Allah, yang beriman ... Marilah kita bertaubat atas segala perbuatan syirik yang telah kita perbuat dan marilah kita peringatkan dan kita jauhkan masyarakat di sekitar kita, anggota keluarga kita, sanak famili kita, dari syirik kerusakan dan bahayanya. Agar kehinaan dan kerendahan yang menimpa ummat Islam segera berakhir, agar kehinaan dan kerendahan ummat Islam diganti menjadi kemuliaan. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. Khutbah kedua: إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛ Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah ... Kembali pada khutbah yang kedua ini, saya mengajak diri saya dan jama’ah untuk senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah dengan sesungguhnya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad, kepada para sahabatnya, keluarganya dan pengikutnya hingga akhir zaman. Dari pembahasan pada khutbah yang pertama tadi, telah jelas bagi kita bahwa syirik adalah sebesar-besar dosa yang wajib kita jauhi. Kita harus bersih dari noda syirik. Harus selalu takut kita terjerumus kedalamnya, karena ia adalah dosa yang paling besar. Disamping itu, syirik dapat menghapuskan pahala amal shalih yang kita lakukan, atau menghalangi kita masuk jannah: “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu:"Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Az-Zumar: 65) وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ KHUTBAH KEDUA الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاًَ طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ. عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ