Selasa, Februari 10, 2015

Pentingnya Memiliki Adab (Sopan Santun) Dalam meneladani para salaf, hal pertama yang paling penting diingat adalah masalah adab. Mengenai pentingnya adab, Ibnu Al-Mubarak mengatakan, “Kita lebih butuh kepada sedikit adab, daripada kepada banyak ilmu.” Seorang ulama berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, sungguh engkau mempelajari satu bab adab lebih aku sukai daripada engkau mempelajari tujuh puluh bab ilmu.”   Ada yang mengatakan, “Apabila seorang pengajar memiliki tiga hal, yakni kesabaran, tawadhu’, dan akhlaq yang baik, sempurnalah nikmat yang dirasakan oleh para muridnya. Dan apabila seorang murid memiliki tiga hal, yaitu akal, adab, dan pemahaman yang baik, niscaya akan sempurnalah nikmat yang dirasakan oleh pengajarnya.” Demikian dikutip dari kitab Ihya' Ulumuddin.   Dihikayatkan, Abu Yazid Al-Busthomi bermaksud mengunjungi seorang laki-laki yang dikatakan memiliki kebaikan. Maka ia pun menunggunya di sebuah masjid. Lalu orang itu keluar, kemudian meludah di masjid, yakni di dindingnya sebelah luar.   Melihat itu, Al-Busthomi pun pulang dan tidak jadi bertemu dengannya. la mengatakan, “Orang yang tidak dapat memelihara adab syari’at tidak dapat dipercaya untuk menjaga rahasia Allah.”   Al-lmam Ahmad bin Zain Al-Habsyi mengatakan, “Hendaknya seorang penuntut jalan akhirat senantiasa mencari-cari manfaat dimana pun berada, baik pada orang yang ahli maupun bukan ahli. Mau mengambil dari setiap orang, bagaimana pun ia, baik ia orang alim maupun orang awam. Karena, terkadang akhlaq yang bagus ia dapati pada sebagian orang awam, dan tidak ia dapati pada yang lainnya, dan juga tidak pada dirinya. Di antara keadaan seorang yang benar adalah, mengambil dari teman bergaulnya segala yang baik yang ia lihat terdapat padanya, baik ucapan maupun perbuatan, dan meninggalkan apa yang buruk darinya. Apabila ia mengambil manfaat yang ia dapatkan padanya, janganlah ia mengambil kerusakan dan penyimpangan yang ada pada orang itu.”    Demikian disebutkan dalam kitab Qurrotul-’Ain.   Selanjutnya ia juga mengatakan, “Pemahaman itu bagi yang memilikinya merupakan nikmat yang sangat besar, tetapi mereka terkadang tidak merasakannya sebagai nikmat, karena mereka memandang hal itu bisa diperoleh dari membaca kitab, misalnya. Dan orang yang melakukan muthola’ah kitab-kitab hendaknya memohon pertolongan kepada Allah, agar memudahkan pemahaman baginya dan dapat membayangkannya, sehingga ia dapat memperoleh apa yang dituntut, dan Allah membukakan baginya pemahaman dalam agama.”   Al-lmam Ahmad bin Hasan Al-Aththos mengatakan, “Ada dua perkara yang baik untuk diperhatikan seorang penuntut ilmu: Pertama, ia tidak masuk pada sesuatu dari ilmu-ilmu dan amal-amalnya, melainkan dengan niat yang baik. Kedua, ia memperhatikan buah dan hasilnya. Apabila tidak memperhatikan ini, ia tidak mendapatkan manfaat.” la juga mengatakan, “Apabila seorang penuntut ilmu membaca suatu kaidah, dan ia ingin menghafalnya, tetapi tidak ada padanya tinta, dan tidak ada pula pena, hendaklah ia menulisnya dengan jarinya pada tangannya, atau pada lengannya.”   Wallahu a’lam bishshowab.

Tidak ada komentar: